Social Icons

Showing posts with label Sejarah Islam. Show all posts
Showing posts with label Sejarah Islam. Show all posts

Khilafah Ali bin Abi Thalib (656–661 M / 36-41 H)

         Ali Ibnu Abi Thalib ibnu Abdil Muthalib adalah putra dari paman Rasulullah dan suami dari Fatimah anak Rasulullah. Beliau lahir di Mekah daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 599 Masehi atau 600 M.. Ali adalah khalifah yang keempat setelah Utsman bin Affan. Pengangkatan beliau sebagai khalifah dalam situasi politik yang kurang mendukung, peristiwa pembunuhan terhadap khalifah Utsman bin Affan mengakibatkan kegentingan di seluruh dunia Islam. Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain Ali ibn Thalib sebagai khalifah. Waktu itu Ali berusaha menolak dan mengusulkan agar memilih dari senior yang lain seperti zubair ibn Awwam dan Thalhah ibn Ubaidillah. Akhirnya dengan tekanan-tekakan tersebut dengan permintaan serius dari kawan-kawan dekatnya serta sahabat-sahabat yang lain, maka pada hari keenam pasca terbunuhnya Utsman, Ali terpilih menjadi khalifah.
          Pada masa Ali telah terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga di masa beliau berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Untuk pertama kalinya perang saudara antara umat muslim terjadi saat masa pemerintahannya, perang jamal.
Dua puluh ribu pasukan pimpinan Ali melawan 30.000 pasukan pimpinan Zubair ibn Awwam, Talhah ibn Ubaidillah, dan Ummul Mu’minin Aisyiah binti Abu Bakar. Perang tersebut dimenangkan oleh pihak Ali.
          Kekacauan tidak berhenti sampai disitu, perang terjadi lagi yang dinamakan perang Shiffin, karena terjadi di Shiffin. Perang ini mempertemukan antara kekuatan Muawwiyah dan Ali. Ketika tentara Muawwiyah terdesak oleh pasukan Ali, maka Muawwiyah segera mengambil siasat untuk menyatakan tahkim. Semula Ali menolak, tetapi karena desakan sebagian tentaranya akhirnya Ali menerimanya, namun tahkim malah menimbulkan kekacauan, sebab Muawwiyah bersifat curang, sebab dengan tahkim Muawwiyah berhasil mengalahkan Ali dan mendirikan pemerintahan tandingan di Damaskus. Sementara itu, sebagian tentara yang menentang keputusan Ali dengan cara Tahkim, meninggalkan Ali dan membuat kelompok tersendiri yaitu khawarij.
1. Kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah
     a. Dalam bidang politik dan pemerintahan
  1. Mengganti para gubernur yang diangkat oleh Khalifah Utsman karena kinerja yang sewenang-wenang dan banyak yang tidak disenangi oleh kaum muslimin.
  2. Menarik kembali tanah milik negara yang dibagikan Utsman kepada famili-famili dan kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah.

b. Dalam bidang politik militer
      Ali adalah pemimpin yang gesit dan cerdas, perumus kebijaksanaan yang mengarah kepada kebaikan masa depan, pahlawan yang gagah berani, penasehat yang bijaksana, dan Ia amat mengetahui ihwal tipu daya musuhnya.
c. Dalam bidang bahasa
         Pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib, banyak diantara daerah kekuasaan Islam yang semakin meluas tidak mengerti bahasa Arab. Oleh karena itu, khalifah berinisiatif untuk menyempurnakan bahasa Arab. Maka diperintahkannya Abu Aswad al Duali untuk memberikan tanda baca dan mengarang kitab pokok-pokok ilmu Nahwu.
d. Dalam bidang pembangunan
      Pada bidang pembangunan, Ali mengatur kembali tata kota dan berusaha membangun sebuah kota baru di Kufah.kemudian pada akhirnya kota kufah ini menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Akhir riwayat Ali
         Di waktu beliau bersiap-siap hendak mengirim bala tentara sekali lagi untuk memerangi Mu’awiah, terjadilah suatu komplotan untuk mengakhiri hidup masing-masing dari Ali, Mu’awiah, dan Amr Ibnu ‘Ash. Komplotan ini terdiri dari tiga orang khawarij, yang telah bersepakat hendak membunuh ketiga orang pemimpin itu pada malam yang sama. Seorang diantaranya bernama Abdurrahman ibnu Muljam. Orang ini berangkat ke Kufah untuk membunuh Ali. Yang seorang lagi bernama Barak ibnu Abdillah at Tamini bertugas membunuh Mu’awiah. Yang ketiga yaitu ‘Amr ibnu Bakr At Tamini berangkat ke Mesir untuk membunuh ‘Amr ibnu ‘Ash. Tetapi diantara ketiga orang itu hanyalah Ibnu Muljam yang dapat membunuh Ali pada tanggal 17 Ramadhan Tahun 40 H.
   Dengan demikian berakhirlah riwayat Ali. Dengan berpulangnya Ali ke Rahmatullah habislah masa pemerintahan al Khulafaur Rasyidin. Download

Thanks

Khilafah Utsman ibnu Affan (644–656 M / 23-35 H)

   Utsman ibnu Affan ibnu Abdillah ibnu Umayah ibnu Abdi Syam ibnu Abdi Manaf ibnu Qusyayi. Ibunya adalah Urwah putri Ummu Hakim Al-Baidlo, putri Abdul Mutholib, nenek Nabi SAW, seorang sahabat yang dijuluki oleh Rosulullah yaitu Dzu al-Nurain (memiliki dua cahaya, yaitu menikah dengan dua putri Rasulullah. Diantaranya Ruqoyyah dan Ummu Kalsum). Utsman bin Affan lahir pada 576 M di Thoif. Ayahnya adalah seorang saudagar yang kaya raya dari suku Quraisy Umayyah.
1. Kebijakan di masa Kholifah Ustman ibnu Affan.
  Banyak sekali kebijakan-kebijakan pada masa pemerintahan Utsman ibnu Affan yang memberikan dampak bagi kemajuan dan perkembangan Islam di antaranya :
a. Penyempurnaan pembukuan Al-Qur’an
    Prestasi terpenting bagi khalifah Utsman ialah menulis kembali al-Qur’an yang telah ditulis pada zaman Abu Bakar yang pada waktu itu disimpan oleh Khofsoh binti Umar.
Melihat pertikaian umat Islam dalam pembacaan al-Qur’an, akhirnya Usman membentuk panitia penulisan al-Qur’an yang di ketahui oleh Zaid ibnu Sabit (penulis Mushaf pada Rasulullah dan Abu Bakar).
   Kebijakan ini dilakukan untuk membentuk Badan Pembukuan Al-Qur’an. Badan ini bertugas untuk mengumpulkan al-Qur’an. Yang akhirnya nanti disebut dengan Mushaf. Setelah kitab suci Al-Qur’an yang disebut Mushaf tersebut selesai di tulis Khalifah Utsman ibnu affan menginstruksikan untuk memperbanyak menjadi lima buah. Satu kitab ditinggalkan di Madinah, sedangkan yang lainnya dikirim ke Mekkah, Suria, Basra, dan Kufah. Semua naskah al-Qur’an yang dikirimkan itu dijadikan pedoman untuk diperbanyak di daerah masing-masing. Naskah al-Qur’an yang ditinggalkan di Madinah disebut Mushaf al-Imam.
b. Pembangunan Masjid Nabawi
   Khalifah Utsman ibnu Affan dalam menjalankan roda pemerintahannya, selain membukukan Al-Qur’an beliau juga membongkar dan membangun ulang masjid Nabawi yang merupakan masjid peninggalan Rasulullah SAW, pembangunan masjid ini tidak diambilkan dari kas Negara, melainkan dari harta Khalifah Utsman ibnu Affan sendiri serta ikut serta dalam pembangunannya. Dalam pembangunan ini, tiang-tiang penyangga masjid Nabawi ini terbuat dari beton yang kokoh dan dinding-dindingnya dihiasi dengan ukiran-ukiran yang sangan indah, sehingga menjadi masjid yang megah dimasa itu.
c. Pembagian daerah kekuasaan
      Kholifah Usman ibnu Affan membagi wilayah pemerintahannya menjadi 20 propinsi, diantaranya yaitu : Syiria atau Syam, Mesir, Iran, Irak, Makkah, Thaif, san’a, Jundi, Bahrain, Homas, Qunissirin, Yordan, Palestina, Azarbaijan, Hulman, Mahi, Hamdhan, Rayy, Masbzan, dan Khurasan, gubernur yang menjabat dari propinsi-propinsi itu kebanyakan dari sanak kelurga khalifah Utsman ibnu Affan, dari hal inilah rakyat menganggap bahwa khalifah telah bersikap nepotisme dan tidak adil kepada rakyat. Seperti mengganti Musa al-As’ari yang asalnya menjabat Gubernur diganti dengan Abdullah ibnu Amir ibnu Kuraiy, Amru ibnu Ash yang asalnya gubernur Mesir diganti dengan saudaranya yang bernama Abdullah ibnu Sa’ad, dan lain-lain.
d. Perluasan daerah kekuasaan Islam
    Seperti halnya Khalifah terdahulu, Utsman ibnu Affan juga melakukan perluasan kekuasaan Islam, oleh karena itu Utsman ibnu Affan membentuk armada angkatan laut yang digunakan untuk memperlancar dan mempercepat dalam perluasan wilayah islam juga untuk menuntaskan pemberontakan di Iskandariyah. Perluasan daerah ini meliputi :
1) Perluasan ke Khurasan.
  Untuk menaklukkan kota Khurasan, Khalifah Utsman ibnu Affan mengirim pasukan-pasukannya yang dipimpin oleh Saad ibnu al-Ash serta panglima-panglimanya yang sangant kuat dan lincah, diantaranya Hasan, Husain, Abdullah ibnu Abbas, Abdullah ibnu Umar, Abdullah ibnu Zubair dan Abdullah ibnu Ash.
2) Perluasan ke Armenia
    Pasukan umat Islam untuk melakukan perluasan ke Armenia dipimpin oleh Salman ibnu Rabiah al-Habibi, yang akhirnya dapat memperoleh kemenangan.
3) Perluasan ke Tunisia
  Tunisia merupakan wilayah di Afrika yang dikuasai oleh kerajaan Romawi, dalam menaklukkan kota Tunisia ini tentara muslim dipimpin oleh Abdullah ibnu Saat, kedatangan pasukan Islam ke Tunisia ini di sambut sangat baik oleh rakyat yang sangat membenci tentara Romawi, dengan bantuan rakyat Tunisia, akhirnya tentara muslim dapat mengalahkan tentara Romawi.
4) Perluasan ke Amuriah dan Siprus
    Untuk melakukan perluasan wilayah kekuasaan Islam ke Amuriah dan Siprus, Utsman ibnu Affan menunjuk Muawiyah ibnu Abu Sufyan sebagai pemimpin armada angkatan laut, walaupun mendapatkan perlawanan yang kuat, tapi akhirnya pasukan Islam dapat menaklukkan Amuniah dan Siprus.

2. Terbunuhnya Khalifah Utsman ibnu Affan
   Munculnya tuduhan-tuduhan yang menyebabkan Utsman ibnu Affan terbunuh yang di antaranya :
a. Sikap nepotisme yaitu pengangkatan sanak keluarga menjadi pejabat-pejabat Negara.
b. Memanfaatkan kekayaan Negara
c. Pembakaran mushaf al-Qur’an
d. Jurang antara Anshor dan Muhajirin
  Serta situasi politik masa akhir pemerintahan Utsman semakin mencekam dan timbul pemberontakan-pemberontakan yang mengakibatkan terbunuhnya Utsman. Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada hari jum’at tanggal 17 Dzulhijah 35 H/655 M. ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh Utsman saat sedang membaca al-Qur’an. Persis seperti apa yang disampaikan Rasulullah saw. Perihal kematian Utsman yang syahid nantinya. Beliau dimakamkan di pekuburan Baqi di Madinah. Download

Thanks

Khilafah Umar ibn al-Khattab (634-644 M / 13-23 H)

    Umar ibn al-Khattab pada tahun ke 6 kerasulan Nabi SAW sebagai salah seorang pemuda Quraisy, bahkan sebagai pemuda Bani Adi yang tegap dan kuat. Dibesarkan menurut cara hidup keluarga Quraisy yang tidak mampu, ayahnya Al-Khattab bin Nufal tidak termasuk orang kaya tetapi termasuk orang yang kasar dan keras hati.
    Sebelum Abu Bakar wafat, Ia telah bermusyawarah dengan beberapa orang sahabat , yaitu Abdur Rahman ibn Auf, Utsman ibn Affan, Sa’id ibn Zaid ibn Nufail untuk mencalonkan siapa pengganti dari kepemimpinan Abu Bakar, dan akhirnya mereka sepakat untuk menunjuk Umar ibn al-Khattab sebagai khalifah kedua.
 Meskipun Umar seorang pemimpin yang berhati keras dan berpendirian tegas, sederhananya dengan kehidupan Nabi dan Abu Bakar, keberhasilannya yang sangat cemerlang sekalipun tidak mempengaruhi kesederhanaannya. Umar adalah seorang yang bertekad kuat dan tegas, sangat pandai mempergunakan situasi dan mengambil inisiatif, cakap memilih dan memanfaatkan tenaga-tenaga yang ada untuk pelaksanaan berbagai tugas, dan tahu bagaimana memelihara semangat tinggi yang ada pada kaum muslimin dalam zamannya.
Diantara banyak keistimewaan Umar ibn al-Khattab adalah kesanggupannya yang luar biasa dalam menumpas tiap gerakan sparatis yang hendak memecah belah keutuhan Negara, bangsa dan umat Islam.
   Ketika Umar dipilih sebagai khalifah, irama peperangan semakin meningkat. kaum muslimin berperang di dua medan, yaitu Syiria (mereka bertempur melawan tentara kerajaan Romawi) dan di Irak (mereka disiapkan menghadapi pasukan Choesroes dari parsi). Pada tahun 635 M dan setahun kemudian dua kota jatuh ke tangan Islam yaitu kota Damaskus dan Suriah, dengan memakai Suriah sebagai basis, ekspedisi diteruskan ke Mesir dibawah pimpinan Sa’ad ibn Abi Waqos, dan akhirnya Mesir jatuh pula ke tangan Islam. Dengan adanya ekspedisi dibawah khalifah Umar maka wilayah Islam selain Semenanjung Arabia juga sudah sampai di Palestina, Suriah, irak, Persia dan Mesir.
   Karena adanya perluasan wilayah Islam yang pesat maka langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Umar yaitu bagaimana untuk bisa mengatur administrasi Negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang di Persia, yakni dengan mengatur sebuah wilayah propinsi dan mendirikan berbagai departemen yang dianggap sangat penting untuk kemajuan pemerintahannya, maka Umar mendirikan dewan-dewan pekerjaan umum dan mendirikan Baitul Mal, menempa mata uang dan menciptakan tahun Hijriah.
   Umar dikenal seorang yang pandai dalam menciptakan peraturan karena tidak hanya memperbaiki bahkan mengkaji ulang terhadap kebijakan yang telah ada, selain itu khalifah Umar juga menerapkan prinsip demokratis dalam kekuasaan yaitu dengan menjamin hak yang sama bagi setiap warga Negara. Khalifah Umar memerintah selama 10 tahun 6 bulan (13-23 H/ 634-64 M) masa kepemimpinannya berakhir dengan kematian yang tragis yaitu seorang budak bangsa Persia bernama Feroz tiba-tiba menyerang dari belakang ketika Umar hendak sholat subuh.
     Khalifah Umar mengalami luka-luka atas percobaan pembunuhan terhadap dirinya. Ketika keadaan semakin parah, maka sahabat-sahabat dan pemuka-pemuka Islam meminta kepada Khalifah supaya menentukan penggantinya. Khalifah menjawab: pilihlah seorang antara Ali ibn Abi Thalib, Utsman ibn Affan, Zubair ibn Awwam, Sa’ad ibn Abi Waqas, Abdurrahman ibn ‘Auf dan Thalhah. Kamu boleh pilih seseorang yang kalian sukai dari enam orang ini. Akhirnya khalifah Umar meninggal pada tanggal 25 Dzulhijjah 23 H. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman sebagai khalifah selanjutnya.

Thanks

Khilafah Abu Bakar ash-Shidiq (632–634 M / 11-13 H)

   Abu Bakar nama lengkapnya adalah Abdullah ibn Abi Quhaifah Attamin. Di zaman pra Islam bernama Abdul Ka’bah dan kemudian diganti oleh Nabi Muhammad menjadi Abdullah. Ia termasuk salah satu sahabat yang utama, ia diberi julukan Abu Bakar karena ia adalah orang yang pagi-pagi betul (yang awal) memeluk Islam dan ia juga mendapat julukan ash-Shidiq dikarenakan ia selalu membenarkan apa yang dikatakan Nabi Muhammad SAW dalam berbagai peristiwa, terutama peristiwa Isra’ Mi’raj.
    Setelah wafatnya Nabi SAW muncul dua permasalahan utama, yaitu mengenai pemakaman Nabi SAW dan mengenai siapa yang akan menggantikan Nabi SAW. Dalam permasalah tentang pengganti Nabi SAW, ada dua golongan yang berbeda pendapat, yaitu kaum Muhajirin dan kaum Anshor yang masing-masing dalam hal kesetiaan dan pembelaannya kepada Nabi SAW.
Pada pertikaian kedua belah pihak ini, apabila Abu Bakar dan Umar ibn al-Khattab tidak tegas dan bijaksana dalam mengendalikan keadaan, kedua belah pihak sudah banyak yang kehilangan keseimbangan dan berdiri sambil mengacung-acungkan pedang.
   Ditengah kegawatan ini muncullah Umar ibn al-Khattab, yang dikenal sebagai seorang tokoh berpembawaan keras, amat besar keberaniannya dan tinggi mutu pembelaannya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, dengan semangat persatuan yang tinggi Ia tampil tanpa ragu-ragu mencalonkan Abu Bakar sebagai penerus kepemimpinan Nabi SAW. Alasan-alasan yang dikemukakan sangat kuat dan tak terbantahkan, diantaranya adalah:
  1. Abu Bakar adalah seorang mukmin yang jujur, patuh dan setia kepada Nabi SAW semasa hidupnya.
  2. Ia termasuk orang yang paling awal masuk Islam setelah kenabian Nabi Muhammad SAW.
  3. Dia adalah orang yang menemani Nabi SAW dalam perjalannya hijrah ke Madinah.
  4. Ia menikahkan Nabi SAW dengan putrinya: Aisyah, sepeninggal istri Nabi yang pertama.
  5. Ia tidak pernah absen dari peperangan-peperangan kaum muslim.
  6. Ia pada tahun ke-9 Hijriah di jadikan wakil oleh Nabi untuk memimpin jama’ah haji dari Madinah ke Makkah.
  7. Ia juga sering dijadikan sebagai imam dalam setiap shalat jama’ah sebagai wakil Nabi SAW.

   Tercapailah akhirnya kebulatan pendapat dan pilihan secara aklamasi jatuh kepada Abu Bakar ash-Shidiq sebagai pemangku jabatan khalifah Rasulullah.
   Selama 2 tahun memegang tampuk kepemimpinannya umat Islam sampai wafat, Abu Bakar berhasil melaksanakan program kondisi untuk memantapkan stabilitas di bidang politik, ekonomi, sosial dan keagamaan. diantaranya seperti:
  1. Menggerakkan aksi-aksi penumpasan gelombang Riddah
  2. Membasmi gerombolan-gerombolan penjahat di luar kota
  3. Memadamkan gerakan-gerakan yang menghasut pembangkangan terhadap kewajiban mengeluarkan zakat.
  4. Penumpasan terhadap oknum-oknum yang mengaku sebagai Nabi baru
  5. Operasi-operasi pemulihan keamanan dan ketertiban di daerah-daerah Oman dan Hadramaut.

    Dalam menghadapi gelombang Riddah dari kalangan muslimin banyak yang para penghafal al-Qur’an yang tewas. Melihat hal ini Umar ibn al-Khattab cemas jika angka kematian itu bertambah yang berarti beberapa bagian lagi dari al-Qur’an akan hilang. Oleh karena itu, ia menasehati Abu Bakar untuk membuat suatu kumpulan al-Qur’an (membukukan). Mulanya Abu Bakar agak ragu untuk melakukan tugas itu karena tidak menerima otoritas dari Nabi SAW, tetapi pada akhirnya Ia memberi persetujuan dan menugaskan Zaid ibn Tsabit.
Setelah sekian lama mengabdi kepada agama Islam, akhirnya Abu Bakar wafat. Ia meninggal antara waktu maghrib dan isya’, tepatnya senin 8 jumadil akhir tahun 13 Hijriah. Ia berusia 63 tahun dan jenazahnya dimakamkan malam hari di rumah Aisyah, disamping makam Rasulullah SAW. Download 

Thanks

Kemajuan Islam pada Masa Khulafa’ur Rosyidin (650-1000 M)

    Khilafah Rasyidah merupakan para pemimpin ummat Islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, dimana sistem pemerintahan yang diterapkan adalah pemerintahan yang islami karena berundang-undangkan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
   Nabi Muhammad SAW tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Ia nampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah beliau wafat, belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani Sa'idah, Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah itu berjalan cukup alot karena masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun Anshar, sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam. Namun, dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang tinggi, akhirnya, Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu terpilih.
Rupanya, semangat keagamaan Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam, sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya.
  Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasul, Abu Bakar disebut Khalifah Rasulullah (Pengganti Rasul Allah) yang dalam perkembangan selanjutnya disebut khalifah saja. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah Nabi wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan.
    Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang disebabkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah sepeninggal Rasulullah. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad SAW dengan sendirinya batal setelah Nabi wafat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid ibn Al-Walid adalah panglima yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini.
   Nampaknya, kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar sebagaimana pada masa Rasulullah, bersifat sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga melaksanakan hukum yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.
    Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai wilayah al-Hirah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat panglima yaitu Abu Ubaidah ibnul Jarrah, Amr ibnul 'Ash, Yazid ibn Abi Sufyan dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah ibn Zaid yang masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibn Walid diperintahkan meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia sampai ke Syiria.
   Pada saat Abu Bakar meninggal dunia, sementara barisan depan pasukan Islam sedang mengancam Palestina, Irak, dan kerajaan Hirah. Ia diganti oleh "tangan kanan" nya, Umar ibn Khatthab al-Faruq. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar ibn Khatthab sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah Rasulillah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Mu'minin (petinggi orang-orang yang beriman).
   Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan 'Amr ibn 'Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad ibn Abi Waqqash. Iskandariah/Alexandria, ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Moshul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.
    Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan membuat tahun hijiah.
   Umar Ra memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang majusi, budak dari Persia bernama Abu Lu'lu'ah. Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa'ad ibn Abi Waqqash, Abdurrahman ibn 'Auf. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman sebagai khalifah, melalui proses yang agak ketat dengan Ali ibn Abi Thalib.
    Di masa pemerintahan Utsman (644-655 M), Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini.
  Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Utsman Radhiallahu ‘anhu memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini karena fitnah dan hasutan dari Abdullah bin Saba’ Al-Yamani salah seorang yahudi yang berpura-pura masuk islam. Ibnu Saba’ ini gemar berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya untuk menyebarkan fitnah kepada kaum muslimin yang baru masa keislamannya. Akhirnya pada tahun 35 H/1655 M, Utsman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang berhasil dihasut oleh Abdullah bin Saba’ itu.
   Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat berburuk sangka terhadap kepemimpinan Utsman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting diantaranya adalah Marwan ibn Hakam. Dialah pada dasarnya yang dianggap oleh orang-orang tersebut yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Utsman hanya menyandang gelar Khalifah. Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting, Usman laksana boneka di hadapan kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan. Harta kekayaan negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh Usman sendiri. Itu semua akibat fitnah yang ditebarkan oleh Abdullah bin Saba’.
    Padahal Utsman Radhiallahu ‘anhu yang paling berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Nabi di Madinah.
     Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali menon-aktifkan para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan diantara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan.
     Tidak lama setelah itu, Ali ibn Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Utsman dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah ditumpahkan secara zhalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta), karena Aisyah dalam pertempuran itu menunggang unta, dan berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
    Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari para gubernur di Damaskus, Mu'awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu'awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama perang shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, al-Khawarij, orang-orang yang keluar dari barisan Ali. Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu'awiyah, Syi'ah (pengikut Abdullah bin Saba’ al-yahudi) yang menyusup pada barisan tentara Ali Radhiallahu ‘anhu, dan al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok al-khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu'awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam.
   Kedudukan sebagai khalifah kemudian dijabat oleh anaknya al-Hasan bin Ali selama beberapa bulan. Namun, karena al-Hasan menginginkan perdamaian dan menghindari pertumpahan darah, maka al-Hasan menyerahkan jabaran kekhalifahan kepada Mu’awiyah Radhiallahu ‘anhu . Dan akhirnya penyerahan kekuasaan ini dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Mu'awiyah ibn Abi Sufyan. Di sisi lain, penyerahan itu juga menyebabkan Mu'awiyah Radhiallahu ‘anhu menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41 H (661 M), tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun jama'ah ('am jama'ah)! Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut dengan masa Khulafa'ur Rasyidin, dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam.
    Ketika itu wilayah kekuasaan Islam sangat luas. Ekspansi ke negeri-negeri yang sangat jauh dari pusat kekuasaannya dalam waktu tidak lebih dari setengah abad, merupakan kemenangan menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah mempunyai pengalaman politik yang memadai. Faktor-faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat antara lain adalah:
  1. Islam, disamping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
  2. Dalam dada para sahabat, tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) ke seluruh penjuru dunia. Semangat dakwah tersebut membentuk satu kesatuan yang padu dalam diri umat Islam.
  3. Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu itu, mulai memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena sering terjadi peperangan antara keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri masing-masing.
  4. Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya kemerdekaan beragama bagi rakyat. Rakyat tidak senang karena pihak kerajaan memaksakan aliran yang dianutnya. Mereka juga tidak senang karena pajak yang tinggi untuk biaya peperangan melawan Persia.
  5. Islam datang ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran, tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya untuk masuk Islam.
  6. Bangsa Sami di Syria dan Palestina dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa Arab lebih dekat kepada mereka daripada bangsa Eropa, Bizantium, yang memerintah mereka.
  7. Mesir, Syria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan itu membantu penguasa Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.

   Mulai dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali dinamakan periode Khilafah Rasyidah. Para khalifahnya disebut al-Khulafa' al-Rasyidun, (khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk). Ciri masa ini adalah para khalifah betul-betul menurut teladan Nabi. Mereka dipilih melalui proses musyawarah, yang dalam istilah sekarang disebut demokratis. Setelah periode ini, pemerintahan Islam berbentuk kerajaan. Kekuasaan diwariskan secara turun temurun. Selain itu, seorang khalifah pada masa khilafah Rasyidah, tidak pernah bertindak sendiri ketika negara menghadapi kesulitan; Mereka selalu bermusyawarah dengan pembesar-pembesar yang lain. Sedangkan para penguasa sesudahnya sering bertindak otoriter.

Thanks

Perkembangan Islam di Indonesia pada zaman Penjajahan Belanda sampai Kemerdekaan RI

         Keadaan kerajaan-kerajaan Islam menjelang datangnya belanda diakhir abad ke-16 dan awal abad ke-17 ke Indonesia berbeda-beda, bukan hanya berkenaan dengan kemajuan politik, tetapi juga proses Islamisasinya. Di Sumantra, penduduk sudah Islam sekitar tiga abad, sementara di maluku dan sulawesi proses Islamisasi baru saja berlangsung.
      Di Sumatra setelah jatuh ketangan Portugis, percaturan politik di kawasan Selat Malaka merupakan perjuangan segi tiga: Aceh, Portugis dan Johor yang merupakan kelanjutan dari kerajaaan Malaka Islam. Pada abad ke-16 nampaknya Aceh menjadi lebih dominan, terutama karena para pedagang muslim menghindar dari Malaka, dan memilih Aceh sebagai pelabuhan transito.

Politik Islam Hindia Belanda
       Agama Islam secara terus menerus menyadarkan penduduknya bahwa mereka membebaskan diri dari cemkraman pemerintahan kafir. Perlawanan dari raja-raja Islam terhadap pemerintahan kolonial bagai tak pernah berhenti.
Oleh karena itu, agama Islam dipelajari secara Ilmiah dinegeri Belanda. Tokoh utama dan peletak dasarnya adalah Prof. Snouck Hurgronje. Dia berada di Indonesia kira-kira antara tahun 1889 dan 1906, yang menjadi pedoman bagi pemerintahan Hindia Belanda, terutama bagi adviser voor inlandsche zaken, lembaga penasehat gubernur
   Pemerintahan Belanda mengeluarkan banyak peraturan utnuk mempersulit kaum muslimin dalam menunaikan ibadah. Dalam hal ini, Snouck Hurgronje berusaha mendudukan masalah antara ibadah haji dan panatisme, menurutnya haji-haji itu tidak berbahaya, yang mungkin berbahaya ialah apa yang disebutnya koloni Jawa, daerah tempat tinggalnya orang-orang yang berasal dari Indonesia di Mekkah.
Berdasarkan analisisnya, Islam dapat dibagi menjadi dua bagian, pertama Islam religius dan kedua Islam politik..
      Dalam rangka membendung pemerintahan Islam, pemerintah Belanda mendirikan lembaga pendidikan bagi bangsa Indonesia, terutama untuk kalangan bangsawan. Tujuannya untuk menarik masarakat muslim kependidikan mesternisasi. Menututnya pendidikan barat adalah alat yang paling pasti utnuk menguarangi dan akhirnya mengalahkan Islam di Indonsia. Melalui pendididkan itu ternyata gagasaan pax-neerlandica tidak tercapai , bahkan justru lulusan-lulusannya menjadi orang-orang yang sangat gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sehingga peranan politik kantor Voor Inlandsche Zaken semakin menghilang pada tahun-tahun terakhir.

Thanks

Akselerasi Perkembangan Islam pada Umumnya

     Sejarah telah mencatat bahwa semua agama disyiarkan dan dikembangkan oleh para pembawanya yang disebut utusan tuhan dan oleh para pengikutnya. Mereka yakin bahwa kebenaran dari Tuhan itu harus disampaikan kepada umat manusia untuk menjadi pedoman hidup. Di antara agama-agama besar di dunia ini adalah Yahudi, Nasrani, Islam, Hindu dan Budha. Tetapi yang paling luas dan paling banyak pengikutnya adalah Nasrani dan Islam. Hal tersebut tentu berhubungan dengan usaha penyiarannya. Oleh para pemeluknya. Usaha penyiaran agama pasti mengalami rintahan, hambatan, gangguan bahkan ancaman yang berat. Itulah sebabnya maka kadang-kadang penyiaran suatu agama berjalan dengan lancar, kadang-kadang tersendat-sendat dan kadang-kadang mengalami kemacetan, walaupun tidak total.
      Pengembangan dan penyiaran Agama Islam termasuk paling dinamis dan cepat dibandingkan dengan agama-agama lain. Catatan sejarah telah membuktikan bahwa Islam dalam waktu 23 tahun dari kelahirannya sudah menjadi tuan rumah di negerinya sendiri, yaitu Jazirah Arabia. Pada zaman khalifah Umar bin Khattab Islam telah masuk secara potensial di Syam Palestina, Mesir dan Irak. Pada zaman Usman bin Affan Islam telah masuk di negeri bagian-bagian Timur sampai di Tiongkok dibawa oleh para pedagang zaman dinasti Tang.
Dalam kurun waktu kurang dari satu abad dari kelahirannya islam telah tersebar jauh sampai ke Tiongkok, ke Afrika bagian Utara, Asia kecil dan Asia bagian Utara.
     Akselerasi dan dinamika penyebaran Islam tersebut disebabkan oleh faktor-faktor khusus yang dimiliki oleh Islam pada periode permulaannya. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah:
  • Faktor ajaran Islam itu sendiri, ajaran Islam baik aqidah, syari’ah, dan akhlaknya mudah dimengerti oleh semua lapisan masyarakat dan dapat diamalkan secara luwes dan ringan.
  • Faktor tempat kelahiran Islam yaitu Jazirah Arabia, Jazirah Arabia lokasinya sangta strategis, yaitu di tengah persimpangan antara benua-benua Afrika, Eropa, Asia bagian Utara, dan Asia bagian Timur. 
     Arabia itu disebut Jazirah (pulau) karena hamper seluruh tanahnya di kelilingi oleh perairan secara langsung. Yakni oleh Laut Tengah, Laut Merah, Samudara Hindia, Teluk Persik (Teluk Arabia) dan sungai besar Everat dan tigris. Arabiayah terdiri dari daerah padang pasir dan gunung-gunung batu yang tandus, hanya sebagian kecil saja daerah yang subur. Keadaan yang demikian itu, memaksa kepada penduduknya untuk mencari penghidupan dengan jalan perdagangan. Pertanian dan peternakan tidak mencukupi kebutuhan meraka. Sejak dahulu orang arab sudah biasa menlakukan perjalanan keluar negeri untuk kepentingan perdagangan. Iklim Jazirah Arabia pada umumnya panas dan kering pada waktu musim panas suhu udara di siang hari mencapai 50 derajat calcius. Oleh karena itu di Jazirah Arabia sudah terbiasa hidup di suhu udara yang bermacam-macam, baik udara panas, sedang dan udara dingin. Kondisi tersebut sangat besar pengaruhnya dalam artian bagi para mubaligh angkatan pertama itu mereka apabila dikirim keluar daerah atau keluar negeri tidak akan mengalami kesulitan tentang iklim, sehingga mereka tidak terganggu rohani dan jasmaninya, mereka dapat bertahan hidup dan mudah menyesuaikan diri di daerah baru tempat mereka menyiarkan Agama Islam. Download


Thanks

Masuk & berkembangnya Islam ke Indonesia

A. Asal masuknya islam ke Indonesia
       Ada beberapa teori, yaitu:
1. Teori Gujarat
       Peletak dasar teori ini adalah Snouck Hurgronje, Ia lebih menitik beratkan pandangan ke Gujarat berdasarkan. Pertama; kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran agama islam ke Indonesia. Kedua; hubungan dagang Indonesia-India telah lama terjalin. Ketiga; inskripsi tertua tentang islam yang terdapat di Sumatra memberikan gambaran hubungan antara Sumatra dan Gujarat. W.F Stutterheim menyatakan masuknya agama Islam pada abad ke-13 didasarkan pada bukti nisan sultan pertama kerajaan samudra pasai yaitu:
Malik as-Saleh yang wafat 1297.
2. Teori Persia
       P.A Hoesein Djajadiningrat, menitik beratkan pada kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam yang mempunyai persamaan dengan Persia. Kesamaanya antara lain:
a. Peringatan 10 Muharram sebagai peringatan syiah atas kematian Husain
b. Adanya kesamaan ajaran syaikh siti Jenar dengan ajaran sufi Iran al-Hallaj.
c. Teori Mekkah (Hamkah) masuknya Islam pada abad ke-7
B. Cara Islamisasi di Indonesia
     Menurut Uka Tjandrasasmita sebagaimana yang dikutip oleh Badri Yatim, saluran Islamisasi ada enam:
  • Perdagangan Perkawinan
  • Tasawwuf Pendidikan
  • Kesenian Politik.
C. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
      Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia antara lain:
1. Samudra Pasai 
2. Aceh Darussalam
3. Kerajaan Islam Demak
4. Kerajaan Islam pajang
5. Kerajaan Islam Mataram 
6. Kerajaan Islam Cirebon
7. Kerajaan Islam Banten 
8. Kerajaan Islam Kalimantan
9. Kerajaan Islam Sulawesi

D. Keruntuhan kerajaan Islam
      Di Sumatera, setelah malaka jatuh ketangan Portugis, percaturan politik di kawasan selat malaka merupakan perjuangan segi tiga: Aceh, Portugis, dan Johor yang merupakan kelanjutan dari kerajaan Malaka Islam. Pada abad ke-16, tampaknya Aceh menjadi lebih dominan, terutama karena para pedagang muslim menghindar dari Malaka dan memilih Aceh sebagai pelabuhan transit, Aceh berusaha menarik perdagangan internasional dan antar kepulauan nusantara. bahkan, ia mencoba menguasai pelabuhan-pelabuhan pengekspor lada, yang ketika itu sedang banyak permintaan. kemenangan Aceh atas Johor, membuat kerajaan terakhir ini pada tahun 1564 menjadi daerah vassal dari Aceh.
      Setelah berhasil menguasai daerah-daerah di Sumatera bagian utara, Aceh berusaha menguasai Jambi, pelabuhan pengekspor lada yang banyak di hasilkan di daerah-daerah pedalaman, seperti Minangkabau dan yang diangkut lewat sungai Indragiri, Kampar, dan Batanghari. Jambi, yang ketika itu sudah Islam, juga merupakan pelabuhan transito, tempat beras dan bahan-bahan lain dari Jawa, Cina, India, dan lain-lain diekspor ke Malaka. Selain itu, ekspansi Aceh ketika itu berhasil menguasai perdagangan pantai barat Sumatera dan mencakup Tiku, Pariaman, dan Bengkulu.
     Ketika Sultan Iskandar Muda wafat digantikan oleh Sultan Iskandar Tsani. Sultan ini masih mampu mempertahankan kebesaran Aceh. akan tetapi, setelah ia meninggal dunia, Aceh secara berturut-turut dipimpin oleh tiga orang wanita selama 59 tahun. ketika itulah, Aceh mulai mengalami kemunduran. daerah-daerah Sumatera yang dulu berada di bawah kekuasaannya mulai memerdekakan diri.
     Di Jawa, pusat kerajaan Islam sudah pindah dari pesisir ke pedalaman, yaitu Demak ke Pajang kemudian ke Mataram, berpindahnya pusat pemirintahan itu membawa pengaruh besar yang sangat menentukan perkembangan sejarah Islam di Jawa, diantaranya adalah :
  1. Kekuasaan dan sistem politik didasarkan atas basis agraris
  2. Peranan daerah pesisir dalam perdagangan dan pelayaran mundur.
  3. Terjadinya pergeseran pusat-pusat perdagangan dalam abad ke-17 dengan segala akibatnya
     Sebagaiman di sebutkan, pada tahun 1619, seluruh Jawa Timur praktis sudah berada di bawah kekuasaan Mataram yang ketika itu di bawah Sultan Agung. pada masa pemerintahan Sultan Agung inilah, kontak-kontak bersenjata antara kerajaan Mataram denga VOC mulai terjadi meskipun ekspansi telah menghancurkan kota-kota pesisir dan mengakibatkan perdagangan setengahnya menjadi lumpuh. Download

Thanks

Perkembangan Peradaban Islam pada masa Nabi

A. Periode Makkah
       a. Arab Sebelum Islam
    Makkah adalah sebuah kota yang sangat penting yang terkenal baik karena tradisinya maupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang sangat ramai, menghubungkan Yaman di selatan dan Syiria di utara. Makka mejadi pusat keagamaan Arab dengan Ka'bah ditengah kota yang di dalamnya terdapat 360 berhala, yang mengelilingi berhala Hubal.
    Masyarakat baik nomaden maupun yang menetap hidup dalam kesukuan baduy. Mereka sangat menekankan budaya kesukuan. Situasi seperti ini berlangsung sampai Islam lahir.
Lain halnya dengan penduduk negeri yang telah berbudaya dan mendiami pesisir jazirah Arab, sejarah mereka dapat diketahui dengan jelas. Mereka selalu mengalami perubahan sesuai dengan perubahan situasi dan kondisi yang mengitarinya.
    Selanjutnya dalam hal agama suku Quraisy telah menyimpang jauh dari ajaran tauhid nabi Ibrahim. Hanya beberapa saja yang masih bertahan untuk menyembah kepada patung berhala.
Mereka juga percaya kepada hal-hal yang bersifat tahayul dan ramalan-ramalan, dan undian-undian nasib dengan panah, riba, perzinahan, minum-minuman keras, dan berbagai perbuatan lainnya adalah hal yang lazim bagi mereka. Martabat perempuan sangatlah rendah dibandingkan kaum lelaki, sehingga sempat tejadi penguburan bayi perempuan hidup-hidup karena merasa hina jika memiliki bayi perempuan.
      b. Dakwah Nabi Periode Makkah
    Pada usia yang ke 25 tahun Muhammad berangkat ke Syiria membawa barang dagangan Khadijah. Dalam perdagangan ini, Muhammad memperoleh laba yang besar. Khadijah kemudian melamarnya dan kemudian di terima.
    Strategi dakwah nabi selama di Makkah mengalami perubahan dan penyesuaian dari berdakwah secara diam-diam sampai pendekatan personal. Menjelang usia 40 tahun beliau mengadakan tahanus di gua hira. Perintah berdakwah secara sembunyi-sembunyi selama 3 tahun kepada kaum kerabat dan kemudian ia berdakwah secara terang-terangan.
Kejadiaan selanjutnya adalah terjadinya berbagai ejekan, bujukan, cobaan, dan tantangan dari kaum Quraiys. Salah satu yang di lakukan untuk melindungi umatnya adalah dengan melakukan kontak dengan raja Habsy (etiopia), Majasi, yang beragama Nasrani.

B. Periode Madinah
       a. Pembentukan Negara dan Masyarakat Islam di Madinah
   Mengingat kondisi mayarakat Madinah yang menyabut baik dakwah nabi, maka cara dakwah dalam rangka menciptakan dan membina suatu masyarakat Islam. Rasulullah kemudian meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat sebagai berikut:
  • Membangun Masjid Nabawi
  • Ukhuwah Islamiah
  • Mendeklarasikan Piagam Madinah
      b. Peran Nabi pada Periode Makkah dan Madinah
    Dalam perjalanan sejarah nabi dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam disamping sebagai pemimpin agama juga sebagai negarawan, pemimpin politik, dan administrasi yang cakap. Download

Thanks

Perkembangan Islam di Indonesia setelah kemerdekaan

A. Perkembangan Islam pada masa kemerdekaan sampai orde baru.
      Pada masa kemerdekaan, tepatnya pada 3 januari 1946 didirikannya depertemen Agama yang mengurusi keperluan ummat Islam. Meskipun pada dasarnya depertemen Agama ini mengurusi keperluan ummat beragama yang ada di Indonesia, namun melihat latar belakang pendiriannya jelas untuk mengakomodasi kepentingan dan aspirasi ummta Islam sebagai mayoritas penduduk negeri ini.
    Usaha partai-parti Islam untuk menegakkan Islam sebagai Idiologi negara dalam konstituante mengalami jalan buntu. Partai-partai Islam itu melakukan penyesuaian terhadap kebijakan Soekarno, tetapi secara keseluruhan peranan-peranan partai-partai Islam mengalami kemerosotan. Tidak ada jabatan menteri berposisi penting yang diserahkan kepada Islam sebagaimana yang terjadi pada masa demokrasi parlementer.Satu-satunya kepentingan Islam yang diluluskan adalah keputusan MPRS tahun 1960 yang memberlakukan pengajaran agama di Universitas dan perguruan Tinggi.
B. Perkembangan Islam pada masa orde baru.
      Meskipun ummat Islam merupakan 87% penduduk Indonesia dalam kehidupan berbangsa ini, ide negara Islam secara terus-menerus ditolak. Bahkan partai-partai Islam mulai dari masa penjajahan hingga masa kemerdekaan selalu mengalami kekalahan, kecuali diawal pergerakan nasional.
Bahkan sekarang dengan pembaharuan politik partai-partai berideologi Islam pun lenyap.
        Kegiatan Islam semakin berkembang pada masa orde baru ini, diantaranya:
  1. Bangunan-bangunan baru Islam (Masjid dan Mushallah)
  2. Pembangunan Madrasah, Pesantren dan juga Universitas Islam.
  3. Adanya kegiatan bulan Ramadhan (Pesantren kilat)
  4. Aktivitas Sosial keagamaan.
  5. Puisitasi Islam, drama, dan pegelaran seni Islam lainnya.
C. Perkembangan Islam Setelah Reformasi.
      Tidak diketahui secara persis apa yang dimaksud oleh sementara pihak yang melihat maraknya kehidupan politik Islam dewasa ini sebagai suatu fenomena yang dapat diberi label repolitisasi islam. Meskipun demikian, kalau menilik indikator utama yang digunakan sebagai dasar penialian itu adalah munculnya sejumlah partai politik yang menggunakan simbol dan asas Islam atau yang mempunyai pendukung utama komunitas Islam, maka tidak terlalu salah untuk mengatakan bahwa yang dimaksud adalah fenomena munculnya kembali kekuatan politik Islam. Hal yang demikian itu didalam perjalanannya selalu terbuka kemungkinan untuk "memolitikkan" bagian-bagian yang menjadi dasar idiologi partai-partai tersebut.
      Sekarang pada era reformasi, gejala demikian mungkin terulang kembali. Peran kelompok Islam, baik tokoh Islam maupun mahasiswa Islam dalam mendorong gerakan reformasi sangat besar. Namun, pada perkembangan selanjutnya, gerakan reformasi tidak selalu berada dalam pengendalian kelompok Islam.
     Berbagai problem tersebut harus mampu diatasi oleh partai-partai Islam pada era reformasi dewasa ini. Adanya penggabungan secara menyeluruh mungkin tidak realistis, kecuali mungkin diantara partai-partai Islam yang berasal dari rumpun yang sama. Alternative lain yang tersedia adalah koalisi, sehingga hanya ada beberapa partai Islam saja yang ikut dalam pemilu. Download

Thanks

Pertumbuhan & Perkembangan Pendidikan Islam Masa Kemerdekaan

Pada tanggal 17 agustus 1945 indonesia merdeka. Tapi musuh-musuh Indonesia tidak diam, bahkan berusaha untuk menjajah kembali. Pada bulan oktober para ulam dijawa memproklamasikan perang jihad fisabilillah terhadap belanda/sekutu. Hal ini berarti memberikan fatwa kepastian hokum tehadap perjuangan umat islam. Pahlawan perang adalah pahlawan jihad yang terkatagori sebagi suhada perang. Isi fatwa tersebut adalah sebagai berikut.
  1. Kemerdekaan Indonesia wajib dipertahankan pemerintah RI adalah satu-satunya pemerintah yang wajib yang sah yang wajib dibela dan diselamatkan
  2. Musuh-musuh RI, pasti akan kembali menjajah Indonesia. Karena itu wajib mengangkat senjata mengadapi mereka.
  3. Kewajiban-kewajiban tersebut adalah jihad fisabilillah.
Ditinjau dari segi pendidikan rakyat, maka fatwa ulama tersebut besar sekali pengaruhnya artinya. Fatwa tersebut memberikan faedah sebagi berikut:
  • Para ulama dan santri-santri dapat mempraktikan ajaran jihad fisabilillah yang sudah dikaji bertahun-tahun dalam pengajian kitab suci fiqh di pondok atau dimadrasah
  • Pertanggung jawaban mempertahankan kemerdekaan tanah air itu menjadi sempurna terhadap sesame manusia dan terhadap tuhan yang maha esa.
Pada tahun 1950 di mana kedaulatan Indonesia telah pulih untuk seluruh Indonesia, maka rencana pendidikan agama islam untuk seluruh wilayah Indonesia makin disempurnakan dengan dibentuknya panitia bersama.
Hasil dari penitia itu adalah SKB yang dikeluarkan pada bulan januari 1951. yang isinya:
  1. Pendidikan agama islam mulai diberikan kelas IV sekolah rakyat
  2. Di daerah-daerah yang masyarakat agamanya kuat, maka pendidikan agama diberikan mulai kelas 1 SR dengan catatan bahwa mutu pengetahuan umumnya tidak boleh berkurang dibandingkan dengan sekolah lain yang pendidikan agamanya diberikan mulai kelas IV
  3. Di sekolah lanjutan tingkat pertama dan tingkat ats diberikan pendidikan agama sebanyak 2 jam dalam semingu
  4. Pendidikan agama diberikan kepada murid-murid sedikitnya 10 orang dalam satu kelas dan mendapat izin dari orang tua wali
  5. Pengangkatan guru agama, biaya pendidikan agama dan menteri pendidikan agama ditanggung oleh departemen agama.
Sementara itu Ki H. dewantara bersama menteri pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan interuksi kepada semua kepala sekolah dan guru0guru, yakni
  1. Pengibaran sang saka merah putih di halaman sekolah pada setiap harinya
  2. Menyanyikan lagi indonesia raya, sebagai lagu kebangsaa
  3. Menurunkan bendera jepang dan menghilangkan kimigayo
  4. Menghapuskan bahasa jepang dan semua upacara yang berasal dari bala tentara jepang
  5. Memberikan semangat kebangsaan kepada anak didik
Dalam ketatanegaraan kita dinyatakan bahwa Negara berdasarkan UUD 1945. kedaulatan ditangan rakyat yaitu di tangan MPR. Sebelum dibentuknya MPR menurut UUD 1945, Indonesia pernah dibentuk MPR (sementara) pada tahun 1959. Kehidupan social, agama dan politik di Indonesia sejak tahun 1966 mengalami perubahan yang sangat besar. Periode ini disebut zaman orde baru dan zaman munculnya angkatan baru yang disebut angkatan 66. pemerintah orde baru bertekad sepenuhnya untuk kembali kepada undang-undang dasar 1945 dan melaksanakannya secara murni. Pemerintah dan rakyat akan membangun seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya. Yakni membangun bidang ruhani dan jasmani untuk kehidupan yang baik, didunia dan di akhirat sekaligus. Oleh karena itu, orde baru disebut juga sebagai orde konstitusional dan orde pembangunan.
Berdasarkan tekad dan semangat tersebut diatas maka kehidupan beragama dan pendidikan agama khususnya makin memperoleh tempat yang kokoh dalam stuktur organisasi pemerintahan dan dalam masyarakat pada umunya. Download

Thanks

Masa Masuk dan Berkembangnya Islam Di Indonesia

1. Akselerasi Perkembangan Islam Pada Umumnya
          Sejarah telah mencatat bahwa semua agama disyiarkan dan dikembangkan oleh para pembawanya yang disebut utusan tuhan dan oleh para pengikutnya. Mereka yakin bahwa kebenaran dari tuhan itu harus disampaikan kepada umat manusia untuk menjadi pedoman hidup diantara agama-agama besar di dunia ini adalah Yahudi, Nasrani, Islam, Hindu dan Budha. Tetapi yang paling luas dan paling banyak pengikutnya adalah nasrani dan islam. Hal tersebut tentu berhubungan dengan usaha penyiarannya. Oleh para pemeluknya. Usaha penyiaran agama pasti mengalami rintahan, hambatan, gangguan bahkan ancaman yang berat. Itulah sebabnya maka kadang-kadang penyiaran suatu agama berjalan dengan lancar, kadang-kadang tersendat-sendat dan kadang-kadang mengalami kemacetan, walaupun tidak total.
          Pengembangan dan penyiaran agama islam termasuk paling dinamis dan cepat dibandingkan dengan agama-agama lain. Catatan sejarah telah membuktikan bahwa islam dalam waktu 23 tahun dari kelahirannya sudah menjadi tuan rumah dinegerinya sendiri, yaitu jazirah arabiyah. Pada zaman khalifah umar bin kahatab islam telah masuk secara potensial di syam palestina, mesir dan irak.
Pada zaman usman bin affan islam telah masuk dinegeri bagian-bagian timur sampai ditiongkok dibawa oleh para pedagang zaman dinasti tang. Dalam kurun waktu kurang dari satu abad dari kelahirannya islam telah tersebar jauh sampai ketiongkok, keafrika bagian utara, asia kecil dan asia bagian utara.
          Akselerasi dan dinamika penyebaran islam tersebut disebabkan oleh factor-faktor khusus yang dimiliki oleh islam pada periode permulaannya. Factor-faktor tersebut antara lain adalah:
  • Faktor ajaran islam itu sendiri, ajaran islam baik akidah, syariah, dan akhlaknya mudah dimengerti oleh semua lapisan masyarakat dan dapat diamalkan secara luwes dan ringan.
  • Faktor tempat kelahiran islam yaitu jazirah arabiyah, jazirah arabiyah lokasinya sangta strategis, yaitu di tengah persimpangan antara benua-benua afrika, eropa, asia bagian utara, dan asia bagian timur. Arabiyah itu disebut jazirah (pulau) karena hamper seluruh tanahnya dikelilingi oleh perairan secara langsung. Yakni oleh laut tengah, laut merah, samudara hindia, teluk persik (teluk arabiyah) dan sungai besar everat dan tigris. Arabiayah terdiri dari daerah padang pasir dan gunung-gunung batu yang tandus, hanya sebagian kecil saja daerah yang subur. Keadaan yang demikian itu, memaksa kepada penduduknya untuk mencari penghidupan dengan jalan perdagangan. Pertanian dan peternakan tidak mencukupi kebutuhan meraka. Sejak dahulu orang arab sudah biasa menlakukan perjalanan keluar negeri untuk kepentingan perdagangan. Iklim jazirah arabiyah pada umumnya panas dan kering pada waktu musim panas suhu udara disiang hari mencapai 50 derajat calcius. Oleh karena itu dijazirah arabiyah sudah terbiasa hidup disushu udara yang bermacam-macam, baik udara panas, sedang dan udara dingin. Kondisi tersebut sangat besar pengaruhnya dalam artian bagi para mubaligh angkatan pertama itu mereka apabila dikirim keluar daerah atau keluar negeri tidak akan mengalami kelusitan tentang iklim, sehingga mereka tidak terganggu rohani dan jasmaninya, mereka dapat bertahan hidup dan mudah menyesuaikan diri di daerah baru temapat mereka menyiarkan agama islam.
2. Masuk dan Berkembangnya Islam Di Indonesia
          Ada dua factor yang menyebabkan Indonesia mudah dikenal bangsa-bangsa lain, khususnya oleh bangsa-bangsa ditimur tengah dan timur jauh sejak dahulu kala, yaitu:
  • Factor letak geografisnya yang strategis. Indonesia berada dipersimpangan jalan raya internasional dari jirisan timur tengah menuju tiongkok melalui lautan dan jalan menuju benua maerika dan benua Australia.
  • Factor kesuburan tanahnya yang menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup yang diperlukan bangsa-bangsa lian, misalnya rempah-rempah. 
           Oleh karena itulah maka tidak mengherankan jika masuknya islam diindonesia ini terjadi tidak terlalu jauh dari zaman kelahirannya. Jika agama islam dalam arti para pedagang islam telah masuk di tiongkok telah masuk pada zaman Usman bin Affan maka tidak mustahil ada padagang islam yang amampir atau menetap diindonesia sekitar zaman itu. Mengingat letak Indonesia dilalui oleh mereka yang pergi ke tiongkok melewati lautan. Tetapi ilmu sejarah tidak cukup hanya berdasarkan perkiraan atau hipotesa belaka. Ilmu sejarah memerlukan bukti-bukti yang otentik tentang pemulaan masuknya islam di indonesia.  
        Seminar masuknya agama islam di Indonesia yang diselenggarakan di medan pada tahun 1963 menyimpulkan sebagai berikut:
  • Menurut sumber bukti yang terbaru, islam pertama kali datang di Indonesia pada abad ke 7 M/1 H dibawa pedagang mubaligh dari negeri arab
  • Daerah yang pertama dimasuki ialah pantai barat pulau Sumatra yaitu di adaerah baros, tempat kelahiran ulama besar bernama hamzah bansuri. Adapun kerajaan islam yang pertama adalah fase. Dalam proses pengislama selanjutnya, orang-orang islam bangsa Indonesia ikut aktif mengambil bagian yang berperan, dalam prose situ bejalan secara damai.
  • Kedatangan islam diindonesia ikut mencerdaskan rakyat dan membina karakter bangsa. Karakter tersebut dapat dibuktukan pada perlawanan rakyat melawan penajahan bangsa aasing dan daya tahanya mempertahankan daya tersebut selama dalam zaman penjajahan barat dalam waktu 350 tahun.
       Jika masuk orang islam yang pertama diindonesia itu ditetapkan pada abad ke 1 H, maka mereka itu dalam pengamalan agamanya beraliran al-salaf al-saleh (golongan angkatan pertama= terdahulu yang saleh). Dapatlah dibayangkan bagaimana sikap dan kpribadian para penyiar islam yang pertama di indoneia itu dengan mengingat tiga hal yaitu ;
  • Mereka adalah angkatan umat islam 1 H , nabi Muhammad pernah besabda bahwa : sebaik-baik abad adalah abad saya kemudian abad berikutnya (al-hadits)
  • Mereka pada umumnya adalah para pedagang dan perantau
  • Mereka sebagai golongan minoritas yang tidak bersenjata 
       Faktor tersebut menunjang beberhasilan dan kecepatan penggembangan islam periode pertama itu.Dengan modal kepribadian tersebut para mobalel islam tersebut berdakwa kepada rakyat awam dan kepada penguasan pemerintahan sekaligus, seperti yang dilakukan nabi Muhammad sendiri SAW mengajarkan agama islam kepada kaum awam yang lemah, kepada kaum awam kabilah dan kepada raja-raja. Ia mengajarkan agama islam dimana saja dan kapan saja , tidaka terikan folmalitas waktu dan tertentu materi pelajarannya mula-mulasekali kalimat sahadat. Barang siapa bersahadat berarti ia sudah warga islam demikianlah aktipitas mubalig pertama diindonesia. Proses pembentukan dan pengembengan masyarakat islam yang pertama melalu bermaca-macam kontak, minsalnya: kontak jual beli, perkawinan dan dakwa langsung baik secara indipidual maupun kolektif. Download

Thanks

Kronologis masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia

    Ada dua faktor yang menyebabkan Indonesia mudah dikenal bangsa-bangsa lain, khususnya oleh bangsa-bangsa di Timur Tengah dan Timur jauh sejak dahulu kala, yaitu:
  1. Faktor letak geografisnya yang strategis. Indonesia berada di persimpangan jalan raya Internasional dari jurusan Timur Tengah menuju Tiongkok melalui lautan dan jalan menuju benua Amerika dan benua Australia.
  2. Faktor kesuburan tanahnya yang menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup yang diperlukan bangsa-bangsa lain, misalnya rempah-rempah.
      Oleh karena itulah maka tidak mengherankan jika masuknya islam di Indonesia ini terjadi tidak terlalu jauh dari zaman kelahirannya. Jika agama islam dalam arti para pedagang Islam telah masuk di Tiongkok telah masuk pada zaman Usman bin Affan maka tidak mustahil ada padagang islam yang mampir atau menetap di Indonesia sekitar zaman itu. Mengingat letak Indonesia dilalui oleh mereka yang pergi ke Tiongkok melewati lautan. 
      Tetapi ilmu sejarah tidak cukup hanya berdasarkan perkiraan atau hipotesa belaka. Ilmu sejarah memerlukan bukti-bukti yang otentik tentang pemulaan masuknya islam di Indonesia. Seminar masuknya agama islam di Indonesia yang diselenggarakan di Medan pada tahun 1963 menyimpulkan sebagai berikut:
  • Menurut sumber bukti yang terbaru, islam pertama kali datang di Indonesia pada abad ke 7 M/1 H dibawa pedagang mubaligh dari negeri Arab
  • Daerah yang pertama dimasuki ialah pantai barat pulau Sumatra yaitu di daerah baros, tempat kelahiran ulama besar bernama Hamzah Fansyuri. Adapun kerajaan islam yang pertama adalah Pase. Dalam proses pengislaman selanjutnya, orang-orang islam bangsa Indonesia ikut aktif mengambil bagian yang berperan, dalam proses itu bejalan secara damai.
  • Kedatangan islam di Indonesia ikut mencerdaskan rakyat dan membina karakter bangsa. Karakter tersebut dapat dibuktikan pada perlawanan rakyat melawan penajahan bangsa asing dan daya tahannya mempertahankan daya tersebut selama dalam zaman penjajahan barat dalam waktu 350 tahun.
      Jika masuk orang islam yang pertama diindonesia itu ditetapkan pada abad ke 1 H, maka mereka itu dalam pengamalan agamanya beraliran al-salaf al-saleh (golongan angkatan pertama = terdahulu yang saleh). Dapatlah dibayangkan bagaimana sikap dan kpribadian para penyiar islam yang pertama di indoneia itu dengan mengingat tiga hal yaitu ;
  • Mereka adalah angkatan umat Islam 1 H , Nabi Muhammad pernah besabda bahwa : sebaik-baik abad adalah abad saya kemudian abad berikutnya (al-hadits)
  • Mereka pada umumnya adalah para pedagang dan perantau.
  • Mereka sebagai golongan minoritas yang tidak bersenjata.

      Faktor tersebut menunjang keberhasilan dan kecepatan penggembangan Islam periode pertama itu. Dengan modal kepribadian tersebut para modal Islam tersebut berdakwah kepada rakyat awam dan kepada penguasan pemerintahan sekaligus, seperti yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. mengajarkan agama islam kepada kaum awam yang lemah, kepada kaum awam kabilah dan kepada raja-raja. Ia mengajarkan agama islam dimana saja dan kapan saja , tidak terikat oleh folmalitas waktu dan tertentu materi pelajarannya.
     Proses pembentukan dan pengembangan masyarakat Islam yang pertama melaui berbagai macam kontak atau saluran, seperti melalui perkawinan, jual beli, dakwah langsung, baik secara individu maupun kolektif. Dari berbagai macam kontak tersebut proses pendidikan dan pengajaran Islam berlangsung. Pelajaran yang pertama kali di ajarkan ialah Syahadat dan hal tersebut merupakan syarat mutlak untuk masuk Islam. Karena barangsiapa sudah membaca 2 kalimat Syahadat, mengakui rukun iman dan rukun islam berarti seseorang sudah menjadi muslim. Kemudian setelah itu baru diperkenalkan bagaimana cara melaksanakan shalat dan diajarkan membaca Al-Qur’an. 
        Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ternyata dalam Islam itu praktis sekali, dan dari sana pula pendidikan Islam beranjak dari hal-hal yang paling mudah. Di sinilah agama islam diajarkan dan diberikan kepada masyarakat islam dengan mudah, dengan demikian orang akan dengan mudah pula menerima dan melakukannya. Download

Pertumbuhan & Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia


        Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam merupakan proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya manusia di permukaan bumi. Sebelum membahas mengenai pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam di Indonesia, terlebih dahulu kita bahas sekilas mengenai sejarah masuknya islam itu sendiri di Indonesia.
        Menurut sejarah mengenai masuknya islam pertama kali di Indonesia telah terjadi pada abad pertama Hijrah atau abad ke-7 Masehi. Daerah yang pertama dimasuki ialah pantai barat pulau sumatera yaitu daerah Baros. Agama islam diperkenalkan di Indonesia melalui jalur perdagangan rempah-rempah. Hal tersebut dilakukan oleh pedagang muslim yang pada dasarnya visi dan misi mereka untuk berdakwah dalam menyebarkan dan memperkenalkan agama islam.
Masuknya agama islam di Indonesia bercorak sufistik. Dan masa kejayaan sufisme tersebut sampai ke Indonesia antara abad 10 Hijrah atau 16 Masehi hingga abad 12 H atau 18 M.Ternyata perkembangan lebih lanjut tentang sufisme mengarah kepada sunni atau ortodoksi (pengikut aliran Ahlussunnah wal Jama’ah dan mazhab Syafi’i).
         Hal yang paling menarik dari perkembangan Islam di Indonesia ialah perkembangan Islam di pulau Jawa, Islam memasuki daerah yang sudah sangat kuat dipengaruhi oleh budaya Hindu, Islam di Jawa pada awal masa pertumbuhannya sangat diwarnai oleh kebudayaan Jawa. Hal ini disebabkan unsur-unsur para bangsawan Jawa melestarikan tradisi Jawa-Hindu dan juga karena para walisebagai angkatan pertama mubaligh Islam, didik dalam lingkungan Jawa.
         Menurut Babad Tanah Jawi penyebaran agama Islam di pulau Jawa dilakukan oleh Walisongo. Para Walisongo bukan saja sebagai pembuka kurun waktu baru dalam Islam di Jawa yang mengakhiri zaman Jawa-Hindu, tapi juga menguasai zaman berikutnya yakni zaman para wali menurut paradigma mereka.
Corak sufisme dari Islam terlihat mudah akrab dengan lingkungan Jawa. Kehadiran Islam di Jawa dalam rangkaian kebudayaan yang telah terbentuk sebelumnya dalam perpaduan kebudayaan asli Jawa melahirkan sikap bahwa kehadiran Islam bukanlah sesuatu yang baru untuk menggantikan yang lama tetapi menambah sesuatu kepada yang lama. Para sufi pengembara yang terutama melakukan penyiaran Islam di kawasan Nusantara yang berhasil mengislamkan sejumlah besar penduduk Nusantara setidaknya sejak abad ke-13. Download


ThankS

Followers