Social Icons

Showing posts with label Psikologi. Show all posts
Showing posts with label Psikologi. Show all posts
Buku Psikologi Belajar
Minat Hub WA 0857 6461 8803

Aspek-aspek dan Dimensi Pola Asuh

Aspek-aspek Pola Asuh 

Menurut Baumrind (Berk, 1994) membedakan pola asuh menjadi : 
a. Authoritarian
Orang tua berlaku sangat ketat dan mengontrol anak dengan mengajarkan standar dan tingkah laku. Pola asuh ini mengakibatkan kurangnya hubungan yang hangat dan komunikatif dalam keluarga. Anak dari pola asuh ini cenderung moody, murung, ketakutan, sedih, menggambarkan kecemasan dan rasa tidak aman dalam berhubungan dengan lingkungannya, menunjukkan kecenderungan bertindak keras saat tertekan dan memiliki harga diri yang rendah.

Instrument Temperamen

Sekilas gambaran mengenai beberapa alat ukur baku yang digunakan untuk mengukur temperamen anak. Penjelasannya sengaja tidak diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, agar maknanya tidak berubah.

Model Kecerdasan Emosi

Konstruk teori kecerdasan emosi terbagi dalam tiga model (www.en.wikipedia.org; Banchard dan Hakstian, 2004; Goldenberg, Matheson, dan Matler, 2006; Livingstone, Foster, dan Smither, 2002; Pike, Hills dan MacLennan, 2002), diantaranya:

Aspek-aspek Kecerdasan Emosi Menurut Petrides & Furnham

Menurut Petrides & Furnham (2001) anak yang memiliki kecerdasan emosi tinggi cenderung berperilaku prososial dan antisosial, diantaranya:

Defenisi Pola Asuh

Keluarga merupakan pembentuk kepribadian yang sangat berpengaruh dalam proses perkembangan anak, hal ini disebabkan karena orang tua mempunyai pola asuh untuk anak-anaknya guna merawat, mengajarkan cara berinteraksi dan bersosialisasi, mengajarkan bagaimana bertingkah laku yang dapat diterima dalam norma masyarakat. 

Peran Parents Emotion Coaching dan Temperamen Anak dengan Kecerdasan Emosi Anak Usia Sekolah Dasar

Menurut Papalia, Olds & Feldman (2007) masa kanak-kanak tengah dimulai dari usia 6-11 tahun sedangkan menurut Gottman & DeClaire (1997) masa kanak-kanak tengah dimulai dari usia 8-12 tahun. Selama periode masa kanak-kanak tengah (usia SD) anak-anak mulai berhubungan dengan suatu kelompok sosial yang lebih luas dan memahami pengaruh sosial. Pada saat bersamaan, anak-anak mulai tumbuh secara kognitif dan mampu mengenali emosi mereka sendiri.

Klasifikasi Temperamen

Klasifikasi temperamen yang dikemukakan oleh Alexander Chess dan Stella Thomas (Chess & Thomas, 1977; Thomas & Chess, 1991).
=================================================================

Defenisi Temperamen

Temperamen didefenisikan sebagai karakteristik seseorang, cara mendasar biologis untuk mendekati atau bereaksi terhadap orang dan situasi. Seorang anak tidak melakukan tindakan yang sama untuk semua situasi. Temperamen bukan saja cara anak mendekati dan bereaksi terhadap dunia luar tetapi juga cara mereka meregulasi fungsi mental dan emosional. Temperamen memiliki basic emosional akan tetapi ketika emosi seperti rasa takut, gembira, dan bosan datang dan pergi temperamen cenderung konsisten berkesinambungan.

Hubungan Parents Emotion Coaching dengan Kecerdasan Emosi

Menurut Gottman & DeClaire (1997) emotion coaching merupakan suatu proses dimana orang tua dengan aktif mendengarkan ungkapan perasaan anaknya, menerima perasaan anaknya serta memberikan bimbingan, batasan perilaku, dan membantu anak menyelesaikan permasalahannya agar anak dapat belajar bagaimana mengendalikan perasaan atau emosi yang dirasakannya dengan cara yang benar.

Langkah-langkah dalam Emotion Coaching

Gottman & DeClaire (1997) mengemukakan lima langkah dalam emotion coaching yang umumnya digunakan oleh orang tua untuk meningkatkan kecerdasan emosi anak yaitu: (1) Menyadari emosi diri sendiri dan anak (Awareness). Agar orang tua dapat merasakan apa yang dirasakan oleh anak-anak mereka maka terlebih dahulu orang tua harus dapat menyadari emosi dalam diri mereka sendiri dan kemudian menyadari emosi dalam diri anak-anak mereka.

Definisi Emotion Coaching

Menurut Gottman & DeClaire (1997) emotion coaching merupakan suatu proses dimana orang tua dengan aktif mendengarkan ungkapan dan menerima perasaan anaknya serta memberikan bimbingan, batasan perilaku, dan membantu anak menyelesaikan permasalahannya agar anak dapat belajar bagaimana mengendalikan perasaan atau emosi yang dirasakannya dengan cara yang benar.

Perkembangan Emosi Anak Pada Usia Sekolah Dasar

Menurut Papalia, Olds & Feldman (2007) masa kanak-kanak tengah dimulai dari usia 6-11 tahun sedangkan menurut Gottman & DeClaire (1997) masa kanak-kanak tengah dimulai dari usia 8-12 tahun. Selama periode masa kanak-kanak tengah (Usia SD) anak-anak mulai berhubungan dengan suatu kelompok sosial yang lebih luas dan memahami pengaruh sosial. Pada saat bersamaan, anak-anak mulai tumbuh secara kognitif dan mampu mengenali emosi mereka sendiri (Gottman & DeClaire, 1997).

Pengukuran Kecerdasan Emosi

Sekilas gambaran mengenai beberapa alat ukur baku yang digunakan untuk mengukur kecerdasan emosi. Penjelasannya sengaja tidak diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, agar maknanya tidak berubah. Beberapa alat ukur kecerdasan emosi yang baku tersebut antara lain:

Ciri-ciri Kecerdasan Emosi Tinggi dan Rendah

Goleman (1995) mengemukakan karakteristik individu yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi dan rendah sebagai berikut: 
  1. Kecerdasan emosi tinggi yaitu mampu mengendalikan perasaan marah, tidak agresif dan memiliki kesabaran, memikirkan akibat sebelum bertindak, berusaha dan mempunyai daya tahan untuk mencapai tujuan hidupnya, menyadari perasaan diri sendiri dan orang lain, dapat berempati pada orang lain, dapat mengendalikan mood atau perasaan negatif, memiliki konsep diri yang positif, mudah menjalin persahabatan dengan orang lain, mahir dalam berkomunikasi, dan dapat menyelesaikan konflik sosial dengan cara damai. 

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi

Goleman (1997) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi individu yaitu: (a) Lingkungan keluarga. Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama dalam mempelajari emosi. Kecerdasan emosi dapat diajarkan pada saat masih bayi melalui ekspresi. Peristiwa emosional yang terjadi pada masa anak-anak akan melekat dan menetap secara permanen hingga dewasa.

Aspek-aspek Kecerdasan Emosi

Goleman mengutip Salovey (2002) mengemukakan lima aspek kecerdasan emosi:

a. Mengenali Emosi Diri
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2002 ) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.

Definisi Kecerdasan Emosi

Istilah kecerdasan emosi pertama kali berasal dari konsep kecerdasan sosial yang dikemukakan oleh Thorndike pada tahun 1920 dengan membagi dalam 3 bidang kecerdasan, yaitu:
  1. kecerdasan abstrak, seperti kemampuan memahami dan memanipulasi simbol verbal dan matematika
  2. kecerdasan kongkrit kemampuan memahami dan memanipulasi objek
  3. kecerdasan sosial, yaitu kemampuan berhubungan dengan orang lain.

Akar sejarah Kecerdasan Emosi

Ketika para ahli psikologi mulai menulis dan berpikir tentang kecerdasan, mereka berfokus pada aspek kognitif, seperti ingatan dan penyelesaian problema. Tetapi ada beberapa peneliti yang beranggapan bahwa ada aspek-aspek non kognitif yang juga penting. Misalnya David Wechsler mendefinisikan kecerdasan sebagai kumpulan atau kapasitas global individu untuk bertindak dengan tujuan tertentu, untuk berpikir secara rasional dan mengelola lingkungannya secara efektif.

Followers