Konstruk teori kecerdasan emosi terbagi dalam tiga model (www.en.wikipedia.org; Banchard dan Hakstian, 2004; Goldenberg, Matheson, dan Matler, 2006; Livingstone, Foster, dan Smither, 2002; Pike, Hills dan MacLennan, 2002), diantaranya:
Showing posts with label Kecerdasan Emosi. Show all posts
Showing posts with label Kecerdasan Emosi. Show all posts
Aspek-aspek Kecerdasan Emosi Menurut Petrides & Furnham
Menurut Petrides & Furnham (2001) anak yang memiliki kecerdasan emosi tinggi cenderung berperilaku prososial dan antisosial, diantaranya:
Hubungan Parents Emotion Coaching dengan Kecerdasan Emosi
Menurut Gottman & DeClaire (1997) emotion coaching merupakan suatu proses dimana orang tua dengan aktif mendengarkan ungkapan perasaan anaknya, menerima perasaan anaknya serta memberikan bimbingan, batasan perilaku, dan membantu anak menyelesaikan permasalahannya agar anak dapat belajar bagaimana mengendalikan perasaan atau emosi yang dirasakannya dengan cara yang benar.
Perkembangan Emosi Anak Pada Usia Sekolah Dasar
Menurut Papalia, Olds & Feldman (2007) masa kanak-kanak tengah dimulai dari usia 6-11 tahun sedangkan menurut Gottman & DeClaire (1997) masa kanak-kanak tengah dimulai dari usia 8-12 tahun. Selama periode masa kanak-kanak tengah (Usia SD) anak-anak mulai berhubungan dengan suatu kelompok sosial yang lebih luas dan memahami pengaruh sosial. Pada saat bersamaan, anak-anak mulai tumbuh secara kognitif dan mampu mengenali emosi mereka sendiri (Gottman & DeClaire, 1997).
Label:Pendidikan
Kecerdasan Emosi,
Psikologi
Pengukuran Kecerdasan Emosi
Sekilas gambaran mengenai beberapa alat ukur baku yang digunakan untuk mengukur kecerdasan emosi. Penjelasannya sengaja tidak diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, agar maknanya tidak berubah. Beberapa alat ukur kecerdasan emosi yang baku tersebut antara lain:
Label:Pendidikan
Kecerdasan Emosi,
Psikologi
Ciri-ciri Kecerdasan Emosi Tinggi dan Rendah
Goleman (1995) mengemukakan karakteristik individu yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi dan rendah sebagai berikut:
- Kecerdasan emosi tinggi yaitu mampu mengendalikan perasaan marah, tidak agresif dan memiliki kesabaran, memikirkan akibat sebelum bertindak, berusaha dan mempunyai daya tahan untuk mencapai tujuan hidupnya, menyadari perasaan diri sendiri dan orang lain, dapat berempati pada orang lain, dapat mengendalikan mood atau perasaan negatif, memiliki konsep diri yang positif, mudah menjalin persahabatan dengan orang lain, mahir dalam berkomunikasi, dan dapat menyelesaikan konflik sosial dengan cara damai.
Label:Pendidikan
Kecerdasan Emosi,
Psikologi
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi
Goleman (1997) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi individu yaitu: (a) Lingkungan keluarga. Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama dalam mempelajari emosi. Kecerdasan emosi dapat diajarkan pada saat masih bayi melalui ekspresi. Peristiwa emosional yang terjadi pada masa anak-anak akan melekat dan menetap secara permanen hingga dewasa.
Label:Pendidikan
Kecerdasan Emosi,
Psikologi
Aspek-aspek Kecerdasan Emosi
Goleman mengutip Salovey (2002) mengemukakan lima aspek kecerdasan emosi:
a. Mengenali Emosi Diri
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2002 ) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.
a. Mengenali Emosi Diri
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2002 ) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.
Label:Pendidikan
Kecerdasan Emosi,
Psikologi
Definisi Kecerdasan Emosi
Istilah kecerdasan emosi pertama kali berasal dari konsep kecerdasan sosial yang dikemukakan oleh Thorndike pada tahun 1920 dengan membagi dalam 3 bidang kecerdasan, yaitu:
- kecerdasan abstrak, seperti kemampuan memahami dan memanipulasi simbol verbal dan matematika
- kecerdasan kongkrit kemampuan memahami dan memanipulasi objek
- kecerdasan sosial, yaitu kemampuan berhubungan dengan orang lain.
Label:Pendidikan
Kecerdasan Emosi,
Psikologi
Akar sejarah Kecerdasan Emosi
Ketika para ahli psikologi mulai menulis dan berpikir tentang kecerdasan, mereka berfokus pada aspek kognitif, seperti ingatan dan penyelesaian problema. Tetapi ada beberapa peneliti yang beranggapan bahwa ada aspek-aspek non kognitif yang juga penting. Misalnya David Wechsler mendefinisikan kecerdasan sebagai kumpulan atau kapasitas global individu untuk bertindak dengan tujuan tertentu, untuk berpikir secara rasional dan mengelola lingkungannya secara efektif.
Label:Pendidikan
Kecerdasan Emosi,
Psikologi