Social Icons

Showing posts with label Pendidikan. Show all posts
Showing posts with label Pendidikan. Show all posts
Buku Psikologi Belajar
Minat Hub WA 0857 6461 8803

Evaluasi Kualitatif

Paradigma ini mengandung beberapa kata kunci yaitu: 1) fokus pada penelusuran secara inkuiri di tempat alamiahnya; 2) bergantung pada peneliti yang bertindak sebagai instrument penjaring data; 3) laporannya berbentuk narasi bukan angka. 

Evaluasi Kuantitatif

Paradigma kuantitatif, dalam isu ontologis penelitiannya melihat kenyataannya sebagai objek yang berada di luar peneliti. Sehingga hasil pengumpulan informasinya diarahkan kepada nilai objektifitas dan independensi. Peneliti selalu akan berusaha untuk menghindari pengaruh-pengaruh variable intervening yang diperkirakan akan mempengaruhi interaksi antar variable yang diteliti. Sampel yang diteliti juga dipertimbangkan lebih dahulu dari segi karakteristiknya sehingga sample tersebut dianggap dapat mewakili populasinya.

Evaluasi Program

Evaluasi program bertujuan untuk melihat apakah program dirancang, dilaksanakan, dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang terlibat dalam program. Pada pelaksanaannya evaluasi program bermaksud mencari informasi sebanyak mungkin untuk mendapatkan gambaran rancangan dan pelaksanaan program. Hasil Evaluasi tersebut akan digunakan bagi pihak yang berkepentingan untuk mengambil keputusan. 

Aspek-aspek dan Dimensi Pola Asuh

Aspek-aspek Pola Asuh 

Menurut Baumrind (Berk, 1994) membedakan pola asuh menjadi : 
a. Authoritarian
Orang tua berlaku sangat ketat dan mengontrol anak dengan mengajarkan standar dan tingkah laku. Pola asuh ini mengakibatkan kurangnya hubungan yang hangat dan komunikatif dalam keluarga. Anak dari pola asuh ini cenderung moody, murung, ketakutan, sedih, menggambarkan kecemasan dan rasa tidak aman dalam berhubungan dengan lingkungannya, menunjukkan kecenderungan bertindak keras saat tertekan dan memiliki harga diri yang rendah.

Aspek-aspek Kecerdasan Emosi Menurut Petrides & Furnham

Menurut Petrides & Furnham (2001) anak yang memiliki kecerdasan emosi tinggi cenderung berperilaku prososial dan antisosial, diantaranya:

Defenisi Pola Asuh

Keluarga merupakan pembentuk kepribadian yang sangat berpengaruh dalam proses perkembangan anak, hal ini disebabkan karena orang tua mempunyai pola asuh untuk anak-anaknya guna merawat, mengajarkan cara berinteraksi dan bersosialisasi, mengajarkan bagaimana bertingkah laku yang dapat diterima dalam norma masyarakat. 

Sistem Penilaian dan Pengendalian Mutu Pendidikan

Salah satu agenda penting pemerintah yang tertuang dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 Tahun 2003 adalah mengupayakan pengendalian mutu pendidikan nasional melalui sistem evaluasi. Dalam undang-undang tersebut, pemerintah menjamin upaya pengendalian kualitas pendidikan nasional melalui kegiatan evaluasi pendidikan, sebagaimana tertuang dalam pasal 57 ayat 1, bahwa evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian kualitas pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (UndangUndang Sisdiknas, 2003).

Statistical Sampling Methods

Random Sampling
The first statistical sampling method is simple random sampling. In this method, each item in the population has the same probability of being selected as part of the sample as any other item. For example, a tester could randomly select 5 inputs to a test case from the population of all possible valid inputs within a range of 1-100 to use during test execution, To do this the tester could use a random number generator or simply put each number from 1-100 on a slip of paper in a hat, mixing them up and drawing out 5 numbers. Random sampling can be done with or without replacement. If it is done without replacement, an item is not returned to the population after it is selected and thus can only occur once in the sample.

Kebijakan Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri.

Upaya Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru

    Mengingat peranan strategis guru dalam setiap upaya peningkatan mutu, relevansi, dan efisiensi pendidikan, maka peningkatan dan pengembangan aspek kompetensi professional guru merupakan kebutuhan. Benar bahwa mutu pendidikan bukan hanya ditentukan oleh guru semata, melainkan juga oleh beberapa komponen pendidikan lainnya. Akan tetapi seberapa banyak pendidikan dan pengajaran mengalami kemajuan dalam perkembangannya selama ini, banyak bergantung kepada kepiawan guru dalam menerapkan kompetensi standar yang harus dimiliki termasuk kompetensi professional.

Urgensi Kompetensi Guru

     Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses pembelajaran tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Agar proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, maka guru mempunyai tugas dan peranan yang penting dalam mengantarkan peserta didiknya mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, sudah selayaknya guru mempunyai berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya. Dengan kompetensi tersebut, maka akan menjadikan guru profesional, baik secara akademis maupun non akademis.

Komponen-komponen Kompetensi Profesional Guru

a. Kemampuan Mengelola Pembelajaran
    Secara operasional kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga fungsi manajerial, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian.
  1. Perencanaan menyangkut penetapan tujuan, dan kompetensi, serta memperkirakan cara pencapaiannya. Perencanaan merupakan fungsi sentral dari manajemen pembelajaran dan harus berorientasi kemasa depan. Guru sebagai manajer pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengelola berbagai sumber.

Pengertian Kompetensi Profesional Guru

     Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Hal ini dapat terlihat dari tujuan nasional bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang menempati posisi yang strategis dalam pembukaan UUD 1945. Dalam situasi pendidikan, khususnya pendidikan formal di sekolah, guru merupakan komponen yang penting dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan di Indonesia

a. KH. Ahmad Dahlan (1869-1923)
    Sekilas riwayat atau biografi singkat KH. Ahmad Dahlan, ia dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1869 M dengan nama kecilnya Muhammad Darwis, putra dari KH. Abu Bakar bin Kyai Sulaiman, Khatib di masjid besar Jami’ kesultanan Yogyakarta. Ibunya ialah putri Haji Ibrahim, seorang penghulu.
    Ia adalah seorang ilmuan yang alim dan selalu haus ilmu dan pengalamannya dimana pun dan kapanpun setiap ada kesempatan. Seperti ilmu Hisab yang pernah jadi objek observasinya dan beliau menguasai dan ahli dalam bidang tersebut.
   KH. Ahmad Dahlan juga merupakan pendiri daripada organisasi Muhammadiyah. Cita-citanya sebagai seorang ulama ialah tegas, ia hendak memperbaiki masyarakat Indonesia berlandaskan cita-cita agama Islam. Usaha-usahanya ditujukan pada hidup beragama. Keyakinannya ialah bahwa untuk membangun masyarakat bangsa haruslah terlebih dahulu membangun semangat bangsa. Kalau serikat Islam usaha-usahanya lebih menekankan pada sisi politik yang berlandaskan cita-cita agama.
Muhammadiyah lebih menekankan usahanya pada perbaikan hidup beragama dengan amal-amal pendidikan dan sosial.
b. KH. Hasyim Asy’ari (1871-1947)
   KH. Hasyim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 14 februari tahun 1981 M di Jombang Jawa Timur. Beliau ialah pendiri Jami’iyah Nahdatul Ulama yang merupakan organisasi masa Islam terbesar Indonesia, bahkan ia sebagai Syeikhul Akbar dalam perkumpulan ulama yang terbesar di Indonesia, dan sekaligus pendiri pondok pesantren Tebuireng di Jombang Jawa Timur, tepatnya pada tanggal 26 Rabi’ul Awal tahun 1899 M. Pembaharuan Tebuireng yang pertama ialah dengan mendirikan Madrasah Salafiyah (1919) sebagai tangga untuk memasuki tingkat menengah pesantren Tebuireng.
c. KH. Abdul Halim
   KH. Abdul Halim merupakan pelopor gerakan pembaharuan di daerah Majalengka, Jawa Barat, yang kemudian berkembang menjadi persyerikatan Ulama pada tahun 1911, yang kemudian berubah menjadi Persatuan Umat Islam (PUI), pada tanggal 5 April 1952 M / 9 Rajab 1371. Beliau lahir di Ciberelang, Majalengka pada tahun 1887 M.
  Beliau juga yang mempelopori dan mengubah system pendidikan tradisional di daerah asalnya, Majalengka yakni dengan menghapuskan system halaqah dan digantikan dengan mengorganisir kelas-kelas dengan kelengkapan meja dan kursi serta menyusun kurikulum melalui lembaga pendidikan yang terdapat di Bab al Salam (dekat Makkah) dan di Jedah.
Sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang ekonomi dan pendidikan berhasil didirikan KH. Abdul Halim pada tahun 1911 M yang diberi nama Hayatul Qulub yang kemudian dialihkan nama menjadi Persyarikatan Ulama.
d. Abdurrahman Wahid
   Abdurrahman Wahid atau lebih dikenal dengan Gusdur merupakan salah satu tokoh pendidikan. Beliau lahir di Denanyar Jombang Jawa Timur pada tanggal 4 agustus 1940. Menurut sekilas riwayat hidupnya, Gusdur berasal dari keturunan darah biru. Ia putra dari KH. Wahid Hasyim (putranya KH. Hasyim Asy’ari) pendiri dan pelopor jami’iyah Nahdatul Ulama dan pesantren Tebuireng. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah putrid dari KH. Bisri Samsuri seorang pendiri pesantren Denanyar Jombang. Kakek dari pihak ibunya juga merupakan tokoh NU, yang jadi rais ‘aam PBNU setelah KH. Wahid Hasbullah. Dengan demikian, Gusdur merupakan cucu dari tokoh NU sekaligus dua tokoh bangsa Indonesia tahun 1949.
    Di antara konsep pembaharuan yang dilakukan oleh Abdurrahman Wahid ialah konsep pesantren, kebebasan berpikir, multicultural pendidikan dan pemikiran liberal terhadap budaya atau konsep barat tanpe filter.Download

Thanks

Kihajar Dewantoro

Bapak Pendidikan Nasional Indonesia (1889 - 1959)

tut wuri handayani,
ing madya mangun karsa,
ing ngarsa sung tulada.
    Semboyan atau asas tersebut memiliki arti masing-masing sebagai berikut: tut wuri handayani mempunyai arti dari belakang memberikan dorongan dan arahan, ing madya mangun karsa berarti di depan memberi teladan dan ing ngarsa sung tulada diartikan ditengah menciptakan peluang untuk berprakarsa. Buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan bangsa secara keseluruhan yang di dalamnya banyak terdapat perbedaan-perbedaan dan dalam pelaksanaan pendidikan tersebut tidak boleh membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi. Karena Tuhan memberi manusia kemerdekaan untuk mengembangkan diri dari ikatan alamiah menuju tingkatan budaya.
        Jadi kemerdekaan mengembangkan diri adalah hakikat dari sebuah pendidikan sehingga pendidikan itu tidak dapat dibatasi oleh tirani kekuasaan, politik atau kepentingan tertentu. Ini dibuktikan dengan sejarah dimana tidak pernah ada pendidikan yang berhasil kalau tumbuh di dalam alam keterkungkungan atau penjajahan. Pada masa pergerakan dan perjuangan mencapai kemerdekaan, dia memiliki dasar pemikiran yang sangat tepat, bagaimana cara sebuah bangsa dapat mencapai kemerdekaan yaitu dengan memajukan pedidikan bagi rakyatnya secara menyeluruh.
Sebenarnya pandangannya itu bukan hanya diterapkan pada masa perjuangan mencapai kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan akan tetapi bisa juga diterapkan pada konteks saat ini dalam mengisi kemerdekaan dengan hasil karya yang lebih gemilang bagi bangsa dan negara. Karena bukan saja kemerdekaan secara politik yang diproklamasikan tahun 45 akan tetapi dengan pendidikan juga untuk memerdekakan bangsa dari penjajahan dalam bidang budaya, ekonomi, sosial, teknologi, pendidikan, lingkungan, keamanan, dan sebagainya dari pihak lain.
        Tokoh peletak dasar pendidikan nasional ini terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Pendidikan dasarnya diperoleh di Sekolah Dasar dan setelah lulus ia meneruskan ke Stovia di Jakarta, tetapi tidak sampai selesai. Kemudian bekerja sebagai wartawan dibeberapa surat kabar antara lain Sedya Tama, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Ia tergolong penulis tangguh pada masanya; tulisan-tulisannya sangat tegar dan patriotik serta mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.
Selain menjadi seorang wartawan muda RM Soewardi juga aktif dalam organisasi sosial dan politik, ini terbukti di tahun 1908 dia aktif di Boedi Oetama dan mendapat tugas yang cukup menantang di seksi propaganda.
      Dalam seksi propaganda ini dia aktif untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya kesatuan dan persatuan dalam berbangsa dan bernegara Setelah itu pada tanggal 25 Desember 1912 dia mendirikan Indische Partij yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka, organisasi ini didirikan bersama dengan dr. Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo. Organisasi ini berusaha didaftarkan status badan hukumnya pada pemerintah kolonial Belanda tetapi ditolak pada tanggal 11 Maret 1913, , dikeluarkan oleh Gubernur Jendral Idenburg sebagai wakil pemerintah Belanda di negara jajahan. Alasan penolakkannya adalah karena organisasi ini dianggap oleh penjajah saat itu dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan bergerak dalam sebuah kesatuan untuk menentangpemerintah kolonial Belanda!.
       Ada sebuah tulisannya yang bertujuan mengkritik perayaan seratus tahun bebasnya Negeri Belanda dari penjajahan Perancis pada bulan November 1913, dan dirayakan juga di tanah jajahan Indonesia dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut. Judul tulisannya adalah Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan petikannya sebagai berikut:
"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk pula kantongnya.
      Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! "Kalau aku seorang Belanda" Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada kepentingannya sedikitpun".
Tulisan tersebut dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwess Dekker, dan tulisan lain yang bernada protes pada pemerintah kolonial Belanda adalah Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Protes ini berkaitan dibentuknya Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda, selain karya tulis sebenarnya dibentuk juga sebuah orgarnisasi bernama Komite Boemipoetra sebagai komite tandingan dari komite yang dibentuk oleh Idenburg. Komite Boemipoetra juga merupakan organisasi yang dibentuk setelah ditolaknya pendaftaran status badan hukum Indische Partij.
       Karena tulisan yang bernada menyindir secara keras terhadap pemerintah kolonial Belanda, maka dalam hal ini Gubernur Jendral Idenburg memberikan hukuman -walau tanpa proses pengadilan- pada Soewardi berupa hukuman internering yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk bertempat tinggal atau lebih sering disebut hukum buang. Pulau Bangka sebagai tempat pembuangan Soewardi.
    Merasakan rekan seperjuangan diperlakukan tidak adil, dr. Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo membuat tulisan yang bernada membela Soewardi, akan tetapi oleh pihak Belanda dianggap menghasut rakyat untuk memusuhi dan memberontak pada pemerinah kolonial pada saat itu. Akibatnya keduanya juag terkena hukuman internering, dr. Douwes Dekker dibuang di Kupang dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda. Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena dianggap akan lebih bermanfaat yaitu mereka bisa lebih banyak memperlajari banyak hal dari pada didaerah terpencil, dan akhirnya mereka diijinkan untuk menetap di Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman.
       Dalam masa pembuangan itu tidak dia sia-siakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga berhasil memperoleh Europeesche Akte. Setelah kembali ke tanah air di tahun 1918, ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan. Diwujudnyatakan bersama rekan-rekan seperjuangan dengan mendirikan Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau lebih dikenal dengan Perguruan Nasional Tamansiswa pada 3 Juli 1922, sebuah perguruan yang bercorak nasional.
     Di Tamansiswa murid-murid sangat ditekankan pendidikan rasa kebangsaan agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Selain mencurahkan dalam dunia pendidikan secara nyata di Tamansiswa Soewardi juga tetap rajin menulis, namun tema tulisan-tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan. Tulisannya yang berisi konsep-konsep pendidikan dan kebudayaan yang berwawasan kebangsaan jumlahnya mencapai ratusan buah. Melalui konsep-konsep itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Banyak rintangan yang dihadapi dalam membina Tamansiswa, antara lain adanya Ordonansi Sekolah Liar yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Belanda, tetapi berkat perjuangannya, ordonansi itu dicabut kembali.
      Saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara, dan semenjak saat itu Ki Hadjar tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. Dalam zaman Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur. Jabatan yang pernah dipegang setelah Indonesia merdeka ialah sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama.
     Banyak kalangan sering menyejajarkan Ki Hadjar dengan Rabindranath Tagore, seorang pemikir, pendidik, dan pujangga besar kelas dunia yang telah berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional India, karena mereka bersahabat dan memang memiliki kesamaan visi dan misi dalam perjuangannya memerdekakan bangsanya dari keterbelakangan. Tagore dan Ki Hadjar sama-sama dekat dengan rakyat, cinta kemerdekaan dan bangga atas budaya bangsanya sendiri. Tagore pernah mengembalikan gelar kebangsawanan (Sir) pada raja Inggris sebagai protes atas keganasan tentara Inggris dalam kasus Amritsar Affair. Tindakan Tagore itu dilatarbelakangi kecintaannya kepada rakyat. Begitu juga halnya dengan ditanggalkannya gelar kebangsawanan (Raden Mas) oleh Ki Hadjar. Tindakan ini dilatarbelakangi keinginan untuk lebih dekat dengan rakyat dari segala lapisan. Antara Ki Hadjar dengan Tagore juga merupakan sosok yang sama-sama cinta kemerdekaan dan budaya bangsanya sendiri. Dipilihnya bidang pendidikan dan kebudayaan sebagai medan perjuangan tidak terlepas dari "strategi" untuk melepaskan diri dari belenggu penjajah. Adapun logika berpikirnya relatif sederhana; apabila rakyat diberi pendidikan yang memadai maka wawasannya semakin luas, dengan demikian keinginan untuk merdeka jiwa dan raganya tentu akan semakin tinggi. Readmore...  Download Entri 


Thanks

Pengertian dan Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan

1. Pengertian
     Ilmu pendidikan adalah ilmu yang membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan persoalan pendidikan atau ilmu yang mempersoalkan pendidikan dan kegiatan pendidikan.
Istilah education dalam bahasa inggris yang berasal dari bahasa latin educare yang artinya memasukkan sesuatu, barang kali bermaksud memasukkan ilmu ke kepala orang . Dalam bahasa Arab ada beberapa istilah yang biasa digunakan dalam pengertian pendidikan, diantaranya ta’lim, sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran:

وَعَلَّمَ آدَمَ ْلأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ اَنْبِئُوْنِي بِاَسْمآءِ هَؤُلَآءِاِنْكُنْتُمْ صَادِقِيْن

Artinnya “Dan Allah SWT mengajarkan kepada Adam segala nama, kemudian Ia berkata kepada malaikat : beri tahulah aku nama-nama semua itu jika kamu benar”.(Q.S. Al-Baqarah : 31).
Ada juga kata tarbiyah yang digunakan untuk pendidikan. Seperti firman Allah dalam A-Quran:

وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَارَبَّيَانِي صَغِيْرًا
Artinya “Hai tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka mendidikku sewaktu kecil”.(Q.S. Bani Israil : 24)
      Kata pendidikan sering kali diartikan dalam kehidupan sehari-hari dengan lembaga pendidikan dan adakalah diartikan dengan hasil pendidikan.
Menurut Dictionary of education ; Pendidikan diartikan, proses sosial yang di mana orang-orang atau anak dipengaruhi dengan lingkungan yang (sengaja) dipilih dan dikendalikan (misalnya oleh guru di sekolah) sehingga mereka memperolah kemampuan-kemampuan sosial dan perkembangan individu yang optimal. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara , mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Secara garis besar metode pengajaran dapat diklarifikasikan menjadi dua bagian, yakni:
a. Metode Mengajar Konvensional.
       Yaitu metode mangajar yang lazim dipakai oleh guru atau sering disebut metode tradisional.
Berikut ini beberapa metode mengajar konvensional, antara lain:
  1. Metode ceramah, tehnik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim dipakai oleh para guru disekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru di muka kelas.
  2. Metode diskusi, suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan objektif.
  3. Metode Tanya jawab, penyampaian pesan penganjaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban, atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru yang menjawab pertanyaan.
  4. Metode demontrasi dan eksperimen, salah satu tehnik mengajar yang dilakukan oleh seorang guru atau orang lain yang dengan sengaja diminta atau siswa sediri yang ditunjuk untuk memperlihatkan kepada kelas tentang suatu proses cara melakukan sesuatu.
  5. Metode resitasi, metode ini biasa disebut pekerjaan rumah, kerena siswa diberi tugas-tugas secara khusus di luar jam pelajaran.
  6. Metode kerja kelompok, metode kerja kelompok dilakukan atas dasar pandangan bahwa anak didik merupakan suatu kesatuan yang dapat dikelompokkan sesuai dengan kemampuan dan minatnya untuk mencapai suatu tujuan penganjaran tertentu dengan sistem gotong royong.
  7. Metode karya wisata,  metode pengajaran yang dilakuakn dengan mengajak para siswa ke luar kelas untuk mengunjungi suatu peristiwa atau tempat yang ada kaitannya dengan pokok bahasan.
  8. Metode sistem regu, sistem beregu ini merupakan gagasan baru yang berkembang sebagai sakah satu minofasi metode mengajar dan juga dikenal dengan team teaching.
  9. Metode Drill, metode drill atau disebut latihan dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau ketrampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, kerena dengan melakukannya secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan disiap-siagakan.


b. Metode Mengajar Inkonvensional.
    Yaitu suatu tehnik mengajar yang baru berkembang dan belum lazim digunakan secara umum, seperti metode mengajar dengan modul, pengjaran berprogram, pengajaran unit, dll.
    Guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan dan kedewasaan seorang anak. Jadi seorang yang disebut pendidik itu kerena adanya peranan dan tanggung jawabnya dalam mendidik seorang anak. Selanjutnya siapakah pendidik itu? Menurut Langeveld yang termasuk faKtor pendidik itu adalah, pertama, orang tua. Kedua, orang dewasa yang lain yang bertanggung jawab terhadap kedewasaan seorang anak.
      Murid (anak didik) adalah anak atau orang yang belum dewasa atau belum memperoleh kedewasaan atau seseorang yang masih menjadi tanggung jawab seorang pendidik tertentu (masih mempunyai ketergantungan) kepada guru (pendidik) kerena sangat memerlukan bantuan pendidiknya untuk dapat menyelenggarakan dan melanjutkan hidupnya baik secara jasmani maupun rohani.

Karakter anak didik:
  1. Seseorang yang belum dewasa atau belum memperoleh kedewasaan ; ia masih menjadi tanggung jawab seorang pendidik tertentu.
  2. Anak yang sedang berkembang; sejak lahir sampai meninggal anak mengalami perkembangan. Kerena itu pendidik harus membantu anak baik perkembangan jiwanya, pengetahuannya, dan penguasaan diriterhadap lingkungan sosialnya.
  3. Dapat dididik dan harus dididik. Anak hakikatnya adalah “animal education” yaitu makhluk yang dapat dididik, kerena anak mempunyai bakat dan disposisi-disposisi yang memunghkinkan pendidikan (Prof. DR. sutari Imam Burnadib, 1987)

      Alat dan sarana pendidikan merupakan salah satu faktor pendidikan yang sengaja diadakan dan digunakan untuk pencapaian tujuan pendidikan. Menurut Sutari Imam Barnadib yang dimaksud faktor adalah segala sesuatu yang secara langsung membantu terlaksanakannya pendidikan.
Faktor alat tersebut menurut wujudnya dapat dibagi menjadi:
  1. Berupa benda-benda yang diperlukan dalam pelaksanaan pendidikan, seperti alat-alat yang ada di dalam rumah, alat perlengkapan sekolah, dll. Ini sering disebut “sarana pendidikan”. Benda yang difungsikan untuk menbantu pelaksanaan disebut sarana pendidikan, khusus di sekolah, seperti: bangunan sekolah, ruang belajar, meja kursi belajar, dll.
  2. Bukan merupakan benda tetapi berupa perbuatan pendidik yang digunakan untuk pencapaian pendidikan. Faktor yang kedua ini yang di sebut “alat pendidikan”. Perbuatan pendidik, dapat berupa tindakan atau situasi, seperti: pengajaran ,nasihat, teladan, tata tertib, disiplin. dll.


2. Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan
     Imu yang membicarakan bagaimana cara atau tehnik menyajikan bahan pelajaran terhadap siswa agar tercapai suatu tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien. Bila mana dikaitkan dengan pengajaran agama Islam yang harus disampaikan kepada siswa di sekolah atau madrasah, maka batasannya terletak pada metode atau tehnik apakah yang lebih cocok digunakan dalam penyampaian materi agama tersebut, dan prinsip-prinsip pengajaran yang bagaimanakan yang seharusnya diterapkan oleh seorang guru dalam kegiatan belajar dan mengajar, hal tersebut tentu berkaitan erat dengan metodik khusus dan umum. Di samping memperhatikan prinsip-prinsip umum yang berlaku dalam pengajaran agama secara umum, juga faktor-faktor seperti: tingkatan sekolah, karakteristik siswa, latar belakang sosial dan pendidikan anak sangat perlu dipertimbangkan.
     Strategi atau pendekatan yang dipakai dalam pengajaran agama Islam banyak ditekankan pada suatu model pengajran “seruan” atau “ajakan” yang bijaksana dan pembentukan sikap manusia (efektif). Sebagaimana terkandung dalam Al-Quran surat An-nahl: 125.

اُدْعُ اِلَى سَبِيْلِ رَبِّكِ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِوَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ اَحْسَنْ...
Artunya: “Ajaklah manusia pada jalan tuhanmu dengan hikmah dan nasehat yang baik, dan berdiskusilah secara baik dengan mereka”.
      Dengan berpedoman pada makna Al-Quran tersebut ada dua pendekatan yang dipakai untuk menyeru orang lain agar ta’at dan patuh terhadap perintah Allah SWT, yakni hikmah dan mauizah. Sedangkan tehnik yang dipakai adalah dengan melakukan diskusi secara baik dan tertib. Download Entri

Tokoh-tokoh Pelopor Aliran Baru dalam Ilmu Pendidikan

1. J.A. Comenius (Moravia, 28 Maret 1592)
    Riwayat hidup :
  • Penuh penderitaan, pengorbanan, dan pengabdian. Orang tua penggiling tepung.
  • Masa muda: Anak Cerdas, tidak mendapat pendidikan yang baik, orang tua meninggal ketika masih kecil. Lulus sekolah tinggi Heidelberg (Belanda).
  • Pandangan Hidup: Tuhan menciptakan manusia untuk tuhan sebagai mahkluk tertinggi dan makhluk berfikir.

Followers