Social Icons

Showing posts with label Pendidikan Agama Islam. Show all posts
Showing posts with label Pendidikan Agama Islam. Show all posts

Karakter Ajaran Agama Islam

        Karakter Ajaran Agama Islam merupakan landasan peradaban Islam, terdiri dari dua landasan yakni landasan Filosofi dan landasan Tasawuf.
1. Landasan Filosofi
      Menurut Ridwan Lubis terdapat tiga landasan filosofi yang membentuk karakter ajaran Islam yaitu keadilan (al ‘adalah), persamaan (al musawah) dan persaudaraan (al muakhkhoh).
       Pertama, prinsip keadilan (al-’adalah) Adil adalah keseimbangan yang terdapat pada diri seseorang yaitu antara hak dan kewajiban. Orang yang terlalu menonjolkan hak berarti ia akan bersikap egois, otoriter, tidak suka menerima pendapat dari orang lain. Pola berpikir yang demikian tidak sejalan dengan tuntutan demokratis yang menjadi kebutuhan dalamn tata pergaulan sosial. Sebaliknya orang yang hanya memikirkan kewajiban juga menjadi pribadi yang tidak seimbang karena Ia melupakan bahwa dirinya, keluarganya mempunyai hak kepada dirinya.
     Kedua, prinsip persamaan derajat (al musawah) adalah sikap seseorang yang memandang bahwa dirinya adalah sejajar dengan orang lain. Memang ada perbedaan di antara manusia akan tetapi perbedaan itu tidak lebih dari sekedar penanda identitas antara satu dengan yang lain. Sikap al musawah sangat diperlukan dalam pekerjaan keilmuan karena dengan demikian ia tidak memutlakkan kebenaran sebuah pendapat karena betapapun kuatnya argument sebuah pemikiran akan tetapi kebenarannya selalu bersifat relatif tergantung kepada ruang dan waktu. Pada diri setiap manusia terdapat dua pilihan status yaitu status karena ikatan primordial (ascribed status) yang diperoleh melalui asal usul keturunan, warna kulit, suku bangsa.
Status yang demikian tidak mungkin diubah karena ia merupakan hasil dari perkembangan urutan biologis. Oleh karena itu, status yang dihasilkan melalui keturunan ini tidak dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengukur sebuah prestasi. Dalam pandangan Islam, tidak terdapat perbedaan ketakwaan seseorang karena disebabkan perbedaan asal usul sebagaimana makna bunyi hadisnya: itidak ada perbedaan keutamaan antara orang arab dengan orang ‘ajam kecuali karena takwanya. Status kedua adalah diperoleh karena kemampuan dan usaha sendiri (achieved status). Hal ini tentunya bersumber dari keungulan ilmu yang dimiliki seseorang sehingga ia memperoleh kedudukan yang lebih tinggi dari yang lain. Hal ini akan membuka peluang terjadinya kompetisi berlomba-lomba kepada kebaikan (fastabiqul khairat). Keunggulan suatu bangsa bukan hanya ditentukan oleh kekayaan sumber daya alam yang dimilikinya (comparative advantages) akan tetapi ditentukan oleh kemampuannya dalam persaingan (competitive advantages).Demikian juga keunggulan umat Islam sehingga menghasilkan kejayaan peradaban selama lebih kurang tujuh ratus tahun adalah akibat dari kemampuan mereka untuk mengembangkan status yang dihasilkan tersebut.
     Ketiga, prinsip persaudaraan (al muakhkoh) adalah merupakan karakter ajaran Islam yang selalu memperbanyak saudara di muka bumi karena kedatangan Islam adalah sebagai rahmat bagi sekalian alam. Dengan prinsip seperti itu, maka lahirlah ilmuwan muslim yang justru berasal dari keturunan bukan arab (mawali) yang menghasilkan karya-karya yang tidak hanya merupakan terjemahan dari kahzanah filsafat Yunani akan tetapi adalah merupakan hasil penggalian sendiri dengan mempertemukan ayat-ayat Quran dengan ayat-ayat kauniyat. Islam memandang umat manusia adalah bersaudara dengan melakukan klasifikasi sebagai berikut. Saudara seagama (ukhuwah islamiyah) karena dipertemukan oleh kesamaan iman dan ibadah, kemudian saudara sesame warga yang dipersatukan oleh ikatan territorial (ukhuwah wathoniyah) dan saudara sesama umat manusia (ukhuwah basyariyah). Pentingnya persaudaraan ini adalah mendorong seorang muslim untuk tidak mengalami hambatan psikologis apabila mengutip pendapat atau pemikiiran orang lain karena kebenaran itu selalu bersifat universal. Dalam kaitan itulah kebenaran Hadis Rasul: khudz al hikmata min ayi wi’ain kaharajat artinya ambillah ilmu itu dari karung siapapun ia keluarnya.
     Ketiga karakter di atas lalu kemudian membentuk landasan peradaban Islam yaitu stabilitas sosial berdasar kesamaan iman serta semangat persaudaraan dengan semua umat manusia; kesejahteraan sosial melalui kemajuan di bidang ekonomi; dan peningkatan wawasan ilmu pengetahuan akibat dari meningkatnya kebutuhan primer masyarakat dari kebutuhan sandang, pangan dan papan menjadi kebutuhan spiritual dan ilmu pengetahuan. Memajukan peradaban menjadi titik simpul bertemunya tida pranata sosial yaitu istana sebagai penggagas kebudayaan; ilmuwan sebagai penggerak kebudayaan dan sikap masyarakat yang terbuka, akomodatif dan berorientasi ke masa depan.
2. Landasan Tasawuf
      a. Robbaniyyah
         Allah Swt merupakan Robbul alamin disebut juga dgn Rabbun nas dan banyak lagi sebutan lainnya. Kalau karakteristik Islam itu adl Robbaniyyah itu artinya bahwa Islam merupakan agama yg bersumber dari Allah Swt bukan dari manusia sedangkan Nabi Muhammad Saw tidak membuat agama ini tapi beliau hanya menyampaikannya. Karenanya dalam kapasitasnya sebagai Nabi beliau berbicara berdasarkan wahyu yg diturunkan kepadanya Allah berfirman dalam Surah An-Najm 3-4 yg artinya “Dan tiadalah yg diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya ucapan itu tiada lain hanyalah wahyu yg diwahyukan .”
         Karena itu ajaran Islam sangat terjamin kemurniannya sebagaimana Allah telah menjamin kemurnian Al-Qur’an Allah berfirman dalam Surah Al-Hijr 9 yg artinya “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
          Disamping itu seorang muslim tentu saja harus mengakui Allah Swt sebagai Rabb dgn segala konsekuensinya yakni mengabdi hanya kepada-Nya sehingga dia menjadi seorang yg rabbani dari arti memiliki sikap dan prilaku dari nilai-nilai yg datang dari Allah Swt Allah berfirman dalam Surah Al-Imran 79 yg artinya “Tidak wajar bagi manusia yg Allah berikan kepadanya Al kitab hikmah dan kenabian lalu dia berkata kepada manusia ‘hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah’ tapi dia berkata ‘hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani krn kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan kamu tetap mempelajarinya.”
      b. Insaniyyah
        Islam merupakan agama yg diturunkan utk manusia krn itu Islam merupakan satu-satunya agama yg cocok dgn fitrah manusia. Pada dasarnya tidak ada satupun ajaran Islam yg bertentangan dgn jiwa manusia. Seks misalnya merupakan satu kecenderungan jiwa manusia untuk dilampiaskan karenanya Islam tidak melarang manusia utk melampiaskan keinginan seksualnya selama tidak bertentangan dgn ajaran Islam itu sendiri.
        Prinsipnya manusia itu kan punya kecenderungan utk cinta pada harta tahta wanita dan segala hal yg bersifat duniawi semua itu tidak dilarang di dalam Islam namun harus diatur keseimbangannya dgn keni’matan ukhrawi Allah berfirman dalam Surah Al-Qashash 77 yg artinya “Dan carilah pada apa yg telah dianugerahkan Allah kepadamu negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu di dunia dan berbuat baikklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi ini. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yg berbuat kerusakan .”
     c. Syumuliyah
       Islam merupakan agama yg lengkap tidak hanya mengutamakan satu aspek lalu mengabaikan aspek lainnya. Kelengkapan ajaran Islam itu nampak dari konsep Islam dalam berbagai bidang kehidupan mulai dari urusan pribadi keluarga masyarakat sampai pada persoalan-persoalan berbangsa dan bernegara.
         Kesyumuliyahan Islam tidak hanya dari segi ajarannya yg rasional dan mudah diamalkan tapi juga keharusan menegakkan ajaran Islam dgn metodologi yg islami. Karena itu di dalam Islam kita dapati konsep tentang dakwah jihad dan sebagainya. Dengan demikian segala persoalan ada petunjuknya di dalam Islam Allah berfirman dalam Surah An-Nahl 89 yg artinya “Dan Kami turunkan kepadamu al kitab utk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yg berserah diri.”
      d. Al Waqi’iyyah
         Karakteristik lain dari ajaran Islam adl al waqi’iyyah ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yg dapat diamalkan oleh manusia atau dgn kata lain dapat direalisir dalam kehidupan sehari-hari. Islam dapat diamalkan oleh manusia meskipun mereka berbeda latar belakang kaya miskin pria wanita dewasa remaja anak-anak berpendidikan tinggi berpendidikan rendah bangsawan rakyat biasa berbeda suku adat istiadat dan sebagainya.
         Disamping itu Islam sendiri tidak bertentangan dgn realitas perkembangan zaman bahkan Islam menjadi satu-satunya agama yg mampu menghadapi dan mengatasi dampak negatif dari kemajuan zaman. Ini berarti Islam agama yg tidak takut dgn kemajuan zaman.
      e. Al Wasathiyah
          Di dunia ini ada agama yg hanya menekankan pada persoalan-persoalan tertentu ada yg lbh mengutamakan masalah materi ketimbang rohani atau sebaliknya. Ada pula yg lbh menekankan aspek logika daripada perasaan dan begitulah seterusnya. Allah Swt menyebutkan bahwa umat Islam adl ummatan wasathan umat yg seimbang dalam beramal baik yg menyangkut pemenuhan terhadap kebutuhan jasmani dan akal pikiran maupun kebutuhan rohani.
         Manusia memang membutuhkan konsep agama yg seimbang hal ini krn tawazun merupakan sunnatullah. Di alam semesta ini terdapat siang dan malam gelap dan terang hujan dan panas dan begitulah seterusnya sehingga terjadi keseimbangan dalam hidup ini. Dalam soal aqidah misalnya banyak agama yg menghendaki keberadaan Tuhan secara konkrit sehingga penganutnya membuat simbol-simbol dalam bentuk patung. Ada juga agama yg menganggap tuhan sebagai sesuatu yg abstrak sehingga masalah ketuhanan merupakan kihayalan belaka bahkan cenderung ada yg tidak percaya akan adanya tuhan sebagaimana komunisme. Islam mempunyai konsep bahwa Tuhan merupakan sesuatu yg ada namun adanya tidak bisa dilihat dgn mata kepala kita keberadaannya bisa dibuktikan dgn adanya alam semesta ini yg konkrit maka ini merupakan konsep ketuhanan yg seimbang. Begitu pula dalam masalah lainnya seperti peribadatan akhlak hukum dan sebagainya.
       f. Al Wudhuh
         Karakteristik penting lainnya dari ajaran Islam adl konsepnya yg jelas . Kejelasan konsep Islam membuat umatnya tidak bingung dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam bahkan pertanyaan umat manusia tentang Islam dapat dijawab dgn jelas apalagi kalau pertanyaan tersebut mengarah pada maksud merusak ajaran Isla itu sendiri.
         Dalam masalah aqidah konsep Islam begitu jelas sehingga dgn aqidah yg mantap seorang muslim menjadi terikat pada ketentuan-ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Konsep syari’ah atau hukumnya juga jelas sehingga umat Islam dapat melaksanakan peribadatan dgn baik dan mampu membedakan antara yg haq dgn yg bathil begitulah seterusnya dalam ajaran Islam yg serba jelas apalagi pelaksanaannya dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
     g. Al Jam’u Baina Ats Tsabat wa Al Murunnah
         Di dalam Islam tergabung juga ajaran yg permanen dgn yg fleksibel . Yang dimaksud dgn yg permanen adl hal-hal yg tidak bisa diganggu gugat dia mesti begitu misalnya shalat lima waktu yg mesti dikerjakan tapi dalam melaksanakannya ada ketentuan yg bisa fleksibel misalnya bila seorang muslim sakit dia bisa shalat dgn duduk atau berbaring kalau dalam perjalanan jauh bisa dijama’ dan diqashar dan bila tidak ada air atau dgn sebab-sebab tertentu berwudhu bisa diganti dgn tayamum.
         Ini berarti secara prinsip Islam tidak akan pernah mengalami perubahan namun dalam pelaksanaannya bisa saja disesuaikan dgn situasi dan konsidinya ini bukan berarti kebenaran Islam tidak mutlak tapi yg fleksibel adl teknis pelaksanaannya.
 Thanks
Jgn lupa saran dan ide bersifat membangun. ok

Karakteristik Kompetensi Professional Guru PAI

     Karakteristik kompetensi professional guru merupakan cerminan yang senantiasa menjadi pertimbangan untuk sosok seorang guru, khususnya dalam hal ini guru PAI yang notabene mempunyai tugas yang cukup berat dalam mengemban amanah sebagai pendidik yang diharapkan berkontribusi dan mampu mewujudkan insan kamil dan senantiasa menjadi manusia yang rahmatan lil ‘alamiin. Adapun karakter kompetensi professional itu sendiri, yaitu:
  1. Menguasi materi bidang studi yang diajarkan, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
  2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.
  3. Mampu mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
  4. Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.
     Sebelum guru tampil di depan kelas dan mengelola proses belajar mengajar, terlebih dahulu harus sudah menguasai bahan apa yang dikontakkan dan sekaligus bahan-bahan apa yang dapat mendukung jalannya proses belajar-mengajar tersebut.
Dengan modal penguasaan bahan, maka guru dapat menyampaikan materi pelajaran secara dinamis.
Penguasaan bahan bagi seorang guru, sangat erat kaitannya dengan bidang studi dalam kurikulum sekolah dan bahan penunjang bidang studi. 
     Dalam kaitan ini Nana Sudjana mengatakan:“Kemampuan menguasai bahan pelajaran sebagai bagaian integral dari proses belajar mengajar jangan dianggap sebagai pelengkap bagi profesi guru. Guru yang bertaraf profesiaonal mutlak harus menguasai bahan yang akan diajarkannya. Adanya buku yang dapat dibaca para sisawa, tidak berate guru tidak perlu menguasai bahan. Sungguh ironis dan memalukan jika terjadi ada siswa yang lebih dahulu tau tentang sesuatu dari pada gurunya”.
    Karena itu guru PAI dituntut untuk selalu belajar, baik yang menyangkut bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya maupun bidang studi penunjang dan berkaitan dengannya. Penguasaan bahan oleh guru PAI akan dapat meningkatkan kepercayaan dan prestai belajar siswa. Hal ini sangat penting dalam proses belajar mengajar, sehingga bahan pelajaran yang disampaikan guru akan diperhatikan dengan baik oleh siswa.
     Karakteristik kompetensi profesional guru adalah menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu, yang tercermin pada kepribadian guru. Guru PAI idealnya melakukan berbagai upaya dalam melaksanakan proses pembelajaran, sebab tugas dan tanggung jawab guru PAI bukan hanya menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta didik, melainkan dituntut pula agar pelajaran tersebut melahirkan pengetahuan, iman, ketakwaan, ibadah, amal shaleh, dan akhlak mulia. Untuk lebih jelanya tentang karakteristik kompetensi guru PAI dapat penulis jelaskan, sebagai berikut:
1) Kepribadian muslim
   Menurut Allport kepribadian adalah “organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan”.
   Kepribadian muslim guru PAI merupakan ciri khasnya dalam berfikir, bersikap dan berprilaku yang tentunya sejalan dengan ajaran Islam. Karena itu guru PAI harus memiliki kepribadian muslim yang baik, antara lain tenang, bersemangat, gembira, sabar, ikhlas, selalu berkata baik dan tentunya juga harus jujur. Sikap dan prilaku guru demikian akan berpengaruh positif bagi minat da perhatian siswauntuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.
   Dalam kaitan ini, Zakiah Daradjat menjelaskan: Guru masuk ke dalam kelas membawa seluruh unsur kepribadiannya, agamanya, akhlaknya, pemikirannya, sikapnya, dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Penampilan guru, seperti pakaiannya, gaya bicaranya, bergaul dan cara memperlakukan anak, bahkan emosi dan keadaan jiwanya, ideologi dan paham yang dianutnya pun terbawa tampa disengaja ketika ia berhadapan dengan anak didik tampa disadari oleh guru.
   Guru yang goncang atau tidak stabil emosinya, misalnya mudah cemas, penakut, pemarah, penyedih dan pemurung. Anak didik akan terombang-ambing dibawah oleh arus emosi guru yang goncang tersebut karena anak didik masih dalam masa pertumbuhan jiwa itu juga dalam keadaan tidak stabil, karena masih dalam pertumbuhan dan perubahan. Biasanya guru yang tidak stabil emosinya tersebut, tidak menyenangkan bagi anak didik, karena mereka sering kali tidak dimengerti oleh guru. Kegoncangan perasaan anak didik itu akan menyebabkan berkurangnya konsentrasi pikirannya diganggu oleh perasaanya yang goncang karena melihat atau menghadapi gurunya goncang. Dengan demikian kondisi guru sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar peserta didik.
    Lebih lanjut Zakiah Daradjat menegaskan: Persyaratan ilmiah dan kemampuan mengajar dapat dinomor duakan, sedangkan yang nomor satu dan tidak dapat ditawar adalah persyaratan kepribadian. Kekurangan ilmu dan ketermpilan lebih mudah memperbaiki dan meningkatkannya dan bahayannya sebatas kepada kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa. Akan tetapi kekurangan persyaratan kepribadian akan menyebabkan rusaknya jiwa para siswa, mereka akan menjadi orang yang berilmu, terampil akan tetapi kepribadiannya goncang atau tidak sesuai harapan.

2) Mengelola program belajar mengajar
   Guru yang kompeten, harus mampu mengelola program belajar mengajar, seperti merumuskan tujuan pembelajaran, dapat menggunakan proses intruksional dengan tepat, melaksanakan proses belajar mengajar, mengenal kemampuan peserta didik dan merencanakan serta melaksanakan program remedial.
    Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh guru dalam mengelola proses belajar mengajar yaitu, “ merumuskan tujuan pembelajaran, melaksanakan program belajar mengajar dengan tepat, mengenal kemampuan peserta didik dan merencanakan serta melaksanakan program remedial. Dengan demikian langkah pertama yang harus dilakukan guru adalah merumuskan tujuan pembelajaran. Hal ini penting karena merupakan pedoman atau petunjuk praktis tentang sejauh mana kegiatan belajar mengajar nantinya harus diarahkan. Selanjutnya guru melaksanakan program belajar mengajar dan dalam hal ini guru dituntut sebisa mungkin mengorganisir program pembelajaran yang sebelumnya sudah dipersiapkan dengan matang. Hendaknya guru menyampaikan materi pelajaran dengan tepat dan jelas.
Proses belajar mengajar akan berjalan baik apabila komponen pembelajaran sesuai dengan kemampuan peserta didik. Untuk keperluan itu guru harus mengenal potensi dan kemampuan peserta didik yang akan mengikuti proses belajar mengajar tersebut. Dan yang tak kalah pentingnya guru harus melaksanakan program remedial karena dalam kegiatan belajar mengajar tidak selamanya dengan mudah dapat berhasil menciptakan perubahan pada anak didik secara menyeluruh.

3) Menggunakan media atau sumber
   Kedudukan media dalam dalam proses pembelajaran sangat penting dan diperlukan. Dengan media pengajaran maka penyampaian pelajaran menjadi lebih baku, pengajaran lebih menarik, pembelajaran lebih interaktif, lama waktu pengajaran yang diperlukan dapat dipersingkat, kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan, pengajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan, sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif.
    Manfaat praktis dari penggunaan media pengajaran dalam proses pembelajaran sebagai berikut :
  1. Media pengajaran dapat memperjelas perjanjian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar
  2. Media pengajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan memungkinkan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
  3. Media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera , ruang dan waktu
  4. Media pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungannya misalnya memalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.
   Langkah yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menggunakan media, yaitu mengenal, memilih dan menggunakan sesuatu metode, membuat alat-alat Bantu pelajaran yang sederhana, menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses pembelajaran, menggunakan buku pegangan/buku sumber dan menggunakan perpustakaan dalam proses pembelajaran.

4) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
   Untuk memperlancar interaksi kegiatan belajar mengajar, masih juga diperlukan sarana-sarana kegiatan pendukung lainnya, antara lain mengetahui prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Persoalan ini perlu diketahui oleh guru dalam upaya meningkatkan motivasi belajar bagi para siswanya.
    Oleh karena itu, pelaksanaan evaluasi atau penilaian harus berangkat dari prinsip-prinsip dasar, yaitu keseluruhan, kesinambungan dan obyektif. Prinsip keseluruhan maksudnya bahwa penilaian dapat dikatakan terlaksana denhgan baik apabila dilaksanakan secara bulat, utuh atau menyeluruh yaitu mencakup berbagai aspek yang dapat digambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik sebagai makhluk hidup yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik.
    Sedangkan kesinambungan, bahwa evaluasi atau penilaian hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur dan sambung menyambung dari waktu ke waktu atau dalam istilah lain yakni berkelanjutan. Dan obyektif tentunya merupakan kebalikan evaluasi atau penilaian yang sifatnya subyektif, artinya evaluasi dilakukan dengan senantiasa berfikir dan bertindak wajar menurut keadaan yang sebenarnya dan terlepas dari kepentingan-kepentingan menyesatkan lainnya.

5) Melakukan bimbingan dan penyuluhan
   Dalam tugas dan peranannya di sekolah, guru juga merupakan pembimbing atau konselor/penyuluh. Itulah sebabnya guru harus mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan serta mampu dan mau melaksanakannya. Dalam penyelenggaraan program bimbingan dan penyuluhan hendaknya guru tidak hanya terfokus kepada kegiatan yang menyangkut hal-hal bersifat akademis seperti kognitif, afektif dan psikomotorik saja tetapi lebih dari itu seorang guru kompeten diharapkan mampu memberikan pelayanan tentang problem-problem pribadi siswa yang memungkinkan, sehingga dengan demikian anak didik dapat mengembangkan potensinya secara optimal dan semangat karena merasa di tidak sendirian ketika dalam permasalahan, ada guru yang bisa membantunya.

6) Menyelenggarakan administrasi sekolah
   Guru di sekolah disamping berperan sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing juga sebagai administrator. Dengan demikian maka guru harus mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, sebab administrasi sekolah sangat menunjang pelaksanaan proses pembelajaran.
   Oleh karena itu guru mutlak memiliki administrasi tentang kondisi obyektif siswa, seperti keadaan orang tuanya, status ekonomi, status anak tersebut dalam keluarga dan sebagainya. Sehingga dengan bekal pengetahuan tersebut guru akan lebih mudah menyelenggarakan proses belajar mengajar dengan obyektif dan sesuai dengan potensi dan kenyataan yang ada.

7) Memberikan penghargaan
    Penghargaan merupakan bentuk motivasi yang sangat penting diberikan kepada siswa. Apabila ada siswa yang sukses dan berhasil mengerjakan tugas dengan baik atau mendapatkan prestasi terbaik lainnya tentunya sah-sah saja jika ia harus mendapatkan sebuah penghargaan dari guru. Penghargaan tersebut merupakan bentuk reinforcemen yang positif dan sekaligus merupakan motivasi. Dengan penghargaan yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta dapat membangkitkan harga diri. Download



Thanks Yach "Jangan Lupa Komentarnya"

Tantangan Pendidikan Islam

       Pendidikan diyakini merupakan salah satu agen perubahan social. Pada suatu segi pendidikan dipandang sebagai suatu variable modernisasi atau pembangunan. Tanpa pendidikan yang memadai akan sulit bagi masyarakat manapun untuk mencapai kemajuan. Karena itu banyak ahli pendidikan yang berpandangan bahwa pendidikan merupakan kunci yang membuka pintu kearah modernisasi, tetapi pada segi lain pendidikan sering dianggap sebagai objek modernisasi atau pembangunan. Dalam konteks ini pendidikan dinegara-negara yang telah menjalankan program modernisasi pada umumnya dipandang masih terbelakang dalam berbagi hal dan karena itu sulit diharapkan bias memenuhi dan mendukung program pembangunan. Karena itulah pendidikan harus diperbaharui, dibangun kembali atau dimodernisasi sehingga dapat memenuhi harapan dan fungsi yang dipikulkan kepadanya.
       Dalam era pluralisme budaya yang didukung oleh faham kebenaran relative yang mengkalim dirinya paling benar (truth claim) pendidikan Islam mendapat tantangan berat. Ini disebabkan pendidikan Islam mempunyai asumsi dasar dalam menterjemahkan kholifah dan 'abd terselip pengertian bahwa manusia perlu pegangan hidup tetap (stable, certainty, dan unfansiable) sedangkan kehidupan sendiri penuh dengan perubahan (instability,uncertainty, dan falsiable). Dalam keadaan yang sulit ini, orang dituntut untuk beradaptasi dengan lingkungan dan latar kesejarahan bar uterus menerus, sementara nilai-nilai lama yang di idealkan tetap tetap jdi panutan.
       Dalam situasi demikin peran pendidikan Islam yang mengemban tugas untuk mensosialisasikan nilai-nilai agama yang konstruktif untuk membimbing manusia yang terhimpit kedua sisi tuntutan yang berlawanan yang dinantikan. Manusia beragama dituntut untuk mereformasikan konsepsi teologi agar dapat menjawab tantangan riil kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari. Perlu dicatat bahwa teologi merupakan hasil karya manusia yang tidak lepas dari kemungkinan salah, meskipun sumbernya adalah kitab suci, karena teologi adalah interpretasi manusia. Perkembangan dan temuan ilmu-ilmu empiric, baik illmu alam, social, maupun humaniora berpengaruh besar dalam membentuk pengalaman beragama manusia. Dengan demikian teologi akan mampu menangkap tantangan zamannya dan tidak ditinggalkan orang, karena apabila teologi telah ditinggalkan pada gilirannya pendidikan Islam sendirilah yang ditinggalkan orang.
        Perlu disadari bahwa nilai-nilai apapun yang akan disampaikan oleh pendidikan Islam tidak lepas dari peran teologi yang merupakan inti agama. Oleh karena itu, bila ada keinginan untuk merekontruksi pendidikan Islam dalam nilai yang akan disampaikan, maka bidang teologi inilah yang harus segera mendapatkan perhatian. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu dimensi spiritual yang dimiliki oleh agama yang terefleksikan dalam bentuk-bentuk nilai-nilai moral kategorikal yang mengikat semua orang baik yang seagama maupun yng diluarnya, misalnya persamaan hak, kebebasan, kasih sayang, saling membantu dalam kebaikan, menghormati martabat orang lain.
         Bentuk-bentuk nilai ini tidak dimiliki oleh konsep ilmu-ilmu humaniora empiris. Dengan demikian konstruksi teologi dalam wilayah ini harus ditekankan, sehingga hasilnya nantik-dalam pendidikan tidak terjadi truth claim, ia hanya boleh terjadi dalam wilayah-wilayah esoteris-dogmatis yang jangan sampai mengganggu pada hubungan antar individu atau kelompok lain yang tidak segaris pemikiran. Jadi ketika manusia berhubungan dengan orang lain yang harus dikedepankan adalah nilai-nilai moral yang kategorikan agar tidak terjadi kekacauan dalam kehidupan.
        Masih dalam tantangan pendidikan Islam Rahman menarik suatu benang merah dari beberapa tokoh terhadap kriisis yang melanda dunia pendidikan Islam. Bagian integral dari pandangan mereka adalah (1). Tumbuh suburnya perkembangan sains dan semangan ilmiah dari abad kesembilan dan kesepuluh dikalangan kaum muslimin adalah buah dari usaha memenuhi seruan al-Qur'an agar manusia mengkaji alam semesta hasil karya tuhan yang diciptakan baginya. (2). Bahwa pada abad-abad pertengahan yang akhir semangat penyelidikan ilmiah telah merosot dan karenanya masyarakat muslim mengalami kemandekan dan kemerosotan.(3). Barat telah menggalakkan kajian-kajian ilmiah yang sebagian besarnya telah dipinjmnya dari kaum muslimin dan karenanya mereka mencapai kemakmuran, bahkan selanjutnya menjajah negeri-negeri muslim (4). Kaum muslimin dalam mempelajari masa lalunya mereka dan memenuhi perintah al-Qur'an yang telah terabaikan. Pandangan ini agaknya bisa direkomendasikan menjadi semangat utama dalam mengejar ketertinggalan kaum muslimin.
         Pendidikan Islam harus bangkit dan menemukan jati dirinya secara mandiri dengan cara mempergunakan system atau peradaban Barat sebagai alat dan bahan kajian, sebagai kompensasi pemikiran. Pendidikan Islam lebih lanjut tanpa harus terhanyut dan terjerumus dalam arus deras pemikiran Barat, poko permasalahan dari seluruh masalah "modernisasi" pendidikan yang diharapkan mampu menjadi agent perubahan social ( agent of social change) adalah membuatnya mampu mencetak produktifitas integral yang kreatif dan dinamis dalam semua bidang usaha intelektual yang terintegrasi dengan Islam.
        Hal lain yang perlu mendapatkan perhatin yang serius adalah pembenahan lembaga-lembaga pendidikan Islam. Problem yang menyelimuti pendidikan Islam adalah kesenjangan diantara jenjang pendidikan Islam, higher education biasanya berdiri sebagai menara gading, baik infra maupun supra struktur bagi perguruan tinggi seringkali tidak memadai. Pendidikan ditingkat dasar dan menengah kurang atau tidak mampu menyediakan calon-calon mahasiswa yang mampu memenuhi standar kualifikasi yang diharapkan, untuk menempuh studi di perguruan tinggi. Dan kasus lainnya bagi mahasiswa baik bagi negeri muslim atau negeri berkembang lainnya yang menematkan pendidikan diluar negeri, seringkali tidak dapat diakomodir sekembali keanh air. Supra struktur, dalam hal ini lapangan pekerjaan maupun untuk pengembangan keilmuan yang telah mereka dapatkan seringkali menemui kesulitan, mereka mengalami shock culture atau bahkan alienasi. Ini pekerjaaan rumah bagi pendidikan Islam untuk membenahi kelembagaannya, dengan satu penekanan bahwa pembenahan itu tidak bisa dilakukan secara sepenggal-sepenggal. download

Thanks

Problematika Pendidikan Islam kontemporer

     Problem yang dihadapi pendidikan Islam kontemporer adalah cukup banyak, jika dicermati secara jeli dan teliti. Tetapi secara umum dan mendasar ada lima hal yang akan penulis ungkapkan untuk mewakili dari berbagai problem yang mengkontaminasi atmosfir pendidikan Islam dewasa ini. Makalah ini berusaha menyorot problem-problem utama yang dihadapi pendiddikan Islam kontemporer yang antara lain meliputi :
1. Dikotomi
Masalah besar yang dihadapi pendidikan Islam adalah dikotomi dalam beberapa aspek yaitu antara ilmu agama dan ilmu umum, wahyu dan akal. Munculnya problem dikotomi dengan segala perdebatannya telah berlangsung sejak lama. Penyebabnya antara lain adalah :
  • Peradaban umat Islam yang tidak bias menyajikan Islam secra kaffah, yang mengakibatkan lahirnya pendidikan umat Islam yang sekularistik, rasionalistik dan materialistuik. Ini disebabkan oleh :pertama, kegagalan dalam merumuskan tauhid dan cara bertauhid, kedua, kegagalan butir tersebut menyebabkan lahirnya syirik yang berakibat adanya dikotomi"fikroh Islami". Dikhotomi fikroh Islami inilah yang menimbulkan dikotomi proses pencapaian tujuan pendidikannya.
  • Penyabab yang lain adalah diterimanya budaya Barat secara total bersama dengan adopsi ilmu pengetahuan dan teknologinya. Mereka yang menganut faham tersebut berkeyakinan yang penting adalah kemajuan bukan agama dan oleh karena itu kajian budaya dibatasi dibidangnya.
     Dikotomi system pendidikan Islam juga sangat merugikan pendidikan Islam itu sendiri. Beberapa permasalahan yang menyelimuti dunia pendidikan Islam sebagai akibat munculnya dualisme pendidikan tersebut adalah : pertama, munculnya ambivalensi orientasi pendidikan Islam, dengan adanya ambivalensi orientasi ini menyebabkan confuse bagi umat Islam.
Sementara ini, dengan pendidikan pesantren masih dirasakan adanya "kekurangan" dalam program pendidikan yang diterapkan. Misalnya dalam bidng mu'amalat (ibadah dalam arti yang luas) yang mencakup penguasaan berbagai disiplin ilmu dan keterapilan, terdapat anggapan bahwa bahwa seolah semua itu bukan merupakan bidang garapan Islam, melainkan bidang garapan khusus system pendidikan sekuler.
      System madrasah, apalagi sekolah dan perguruan tinggi Islam telah membagi porsi materi pendidikan Islam dan materi pendidikan umum dalam persentasi tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan Islam tidak lagi berorientasi sepenuhnya pada tujuan pendidikan Islam. Namun ironisnya, juga tidak mampu mencapai tujuan pendidikan Barat. Pada akhirnya, pendidikan Islam disekolah dan perguruan tinggi (terutama umum) diketahui sebagai pelengkap yang menempel bagi pencapaian orientasi pendidikan sekuler.
      Kedua, munculnya kesenjangan antar system pendidikan Islam dan ajaran Islam yang masih ambivalen mencerminkan pandangan dikhotomis yang memisahkan ilmu-ilmu umum dengan ilmu-ilmu agama. Pandangan ini jelas bertentangan dengan konsep ajaran Islam sendiri. Islam memiliki ajaran integralistik, Islam mengajarkan bahwa urusan dunia tidak terpisah dengan urusan akhirat, atau dengan kata lain Islam mengakui adanya ajaran kesatuan dunia dan akhirat. Implikasinya, bila merujuk pada ajaran Islam, ilmu-ilmu umum seharusnya difahami sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ilmu-ilmu agama. Oleh karenanya bila faham dikhotomis dan ambivalen dipertahankan, output pendidikannya tentu jauh dari cita-cita pendidikan Islam itu sendiri.
      Ketiga, disintegrasi system pendidikan Islam hingga saat ini boleh dikatakan bahwa dalam system pendidikan kurang terjadi usaha-usaha perpaduan (integralisasi). Keadaan ini diperburuk oleh ketidak pastian hubungan antara pendidikan umum dan pendidikan agama. Bahkan hal itu juga ditunjang oleh kesenjangan wawasan guru agama dan kebutuhan anak didik, terutama disekolah umum.
     Pengaruh-pengaruh negative yang diakibatkan oleh system dikotomik pendidikan tersebut sangat merugikan pendidikan Islam, kecendrungan untuk terpukau pada system pendidikan Barat sebagai tolok ukur pendidikan nasional diakui atau tidak telah mempengaruhi system pendidikan Islam. Sehingga system oendidikan Islam telah terpecah dalam tiga bentuk; system pesantren, madrasah, dan perguruan tinggi Islam yang masing-masing memiliki orientasi yang tidak saling memadu. System pesantren berorientasi pada tujuan institusionalnya, antara lain terciptanya ahli ilmu agama (ulama/kyai). System madrasah bergeser orientasi kepenguasaan ilmu-ilmu umum sebagai tujuan sekunder, akhirnya berkembang menjadi sekolah Isla atau sekolah tinggi Islam yang tujuan institusianal primernya adalah pengusaan ilmu-ilmu umum, sedangkan ilmu-ilmu agama menjadi tujuan sekundernya.

2. too general knowledge
     Kelemahan dunia pendidikan Islam berikutnya adalah sifat ilmu yang pengetahuan yang masih terlalu general dan kurang memperhatikan kepada upaya penyelesaian masalah (problem solving). Prosuk-produk yang dihasilkan cendrung kurang membumi dan kurang selaras dengan dinamika masyarakatnya. Syed al-Attas menyatakan bahwa kemampuan untuk mengatasi berbagai permasalahan, mendefinisikan, menganalisis dan selanjutnya mencari jalan keluar/pemecahan masalah tersebut merupakan karakter dan sesuatu yang mendasari kualitas sebuah intelektual. Ia menambahkan ciri terpenting yang membedakan dengan non-intelektual adalah tidak adanya kemauan untuk berfikir dan ketidakmampuan untuk melihat konsekuensinya.
     Dibeberapa Negara muslim, khususnya bekas jajahan Prancis fakultas seni dan hokum menjadi fakultas yang paling penting, fakulte des letters dn fakulte des droits mendominasi seantero kampus. Para lulusan dari fakultas-fakultas tersebut mendapat ajaran ilmu yang bersifat general, yang satu terlalu general dengan fungsi-fungsi praktis dan yang lainnya dengan hafalan, tanpa memberikan perhatian terhdap usaha pemecahan masalah (problem solving).
     Sedangkan hal yang sangat perlu untuk ditegaskan adalah bahwa konsep ilmu dalam tradisi Islam sangat berbeda dengan tradisi Barat. Konsep ilmu Barat menekankan nilai penting ontology dan epistemologinya sebagai pijakan, sedangkan konsep ilmu dalam Islam berangkat dari aksiologinya. Perbedaan itu berkenaan dengan masalah teori sebagai tujuan dan metodologinya, kaitannya dengan pengembangan ilmu, pendidikan Islam harus bisa membentuk manusia yang berkepribadian mulia ang tda hanya tahu dan bias berperan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga harus menghiasinya dengan moral yang baik dan tinggi, dengan demikian system pendidikan Islam terkait erat dengan nilai-nilai kebaikan yang menjadi tujuannya. 

3. memorisasi
     Kemerosotan secara gradual dari standar-standar akademis yang berlangsung selama berabad-abad tentunya terletak pada kenyataan bahwa jumlah buku-buku yang tertera dalam kurikulum sangat sedikit, maka waktu yang diperlukan untuk belajar juga terlalu singkat bagi siswa-siswa untuk dapat menguasai materi-materi yang seringkali sulit untuk dimengerti, tentang aspek-aspek tinggi ilmu keagamaan pada usia yang relatif muda dan belum matang. Hal ini pada gilirannya menjadikan belajar lebih banyak bersifat studi tekstual daripada pemahaman pelajaran yang bersangkutan. Hal ini menimbulkan dorongan untuk belajar dengan system hafalan (memorizing) daripada pemahaman yang sebenarnya. 

4. lack of spirit of inquiry
     Persoalan besar lainnya yang menjadi factor penghambat kemajuan dunia pendidikan Islam adalah rendahnya semangat untuk melakukan penelitian. Syed al-Attas merujuk pada pernyataan al-Afghani menganggap rendahnya "the Intelectual Spirit" menjadi d\salah satu factor terpenting yang menyebabkan kemunduran Islam. Hal tersebut masih diperparah dengan semangat untuk meneliti, rasa cinta untuk mencari ilmu, dan penghormatan terhadap ilmu pengetahuan serta ilmu rasional tidak berkembang luas dinegara-negara berkembang.
Dalam masyarakat muslim dimana lembaga-lembaga perguruan tinggi akar kuat terhadap cara-cara belajar hafalan, isi (content) dari sains-sains positif yang diadopsi dari Eropa tetap diajarkan dengan model yang sama (hafalan). Ayat-ayat al-Qur'an dipelajari dengan hati sebab ayat-ayat tersebut adalah sempurna dan tidak untuk diselidiki apa yang terkandung didalamnya. 

5. certificate Oriented
     Hampir diseluruh universitas Islam adalah para mahasiswa yang telah menyelesaikan studi dengan metode rote-learning dibekali dengan sebuah sertifikat/ijazah tetapi bukan dengan "kualifikasi substansial" yang dapat diterapkan atau dimnfaatkan dalam proses pembangunan. Belajar oleh kebanyakan orang dianggap hanyalah alas an muhan kebutuhan perut (a bread winning ticket) atau tiket untuk masuk keposisi-posisi yang lebih baik.
    Pola yang dikembangkan pada masa-msa awal Islam adalah thalabul ilmi telah memberikan semangat dikalangan muslim untuk gigih mencari ilmu, melakukan perjalanan jauh penuh resiko guna mencari kebenaran suatu ilmu. Hal tersebut memberikan isyarat bahwa karakteristik para ulama muslim masa-masa awal didalam mencari ilmu adalah knowledge oriented, sehingga tidak mengherankan jika pada masa-masa itu banyak lahir tokoh-tokoh yang besar yang memberikan kontribusi berharga.
      Sementara, jika dibandingkan dengan pola yang ada pada sekarang dalam mencari ilmu menunjukkan kecendrungan pergeseran dari knowledge oriented menuju certificate oriented. Mencari ilmu hanya merupakan sebuah proses untuk mendapatkan sertifikat dan ijazah saja, sedangkan semangat dan kualitas keilmuan menempati prioritas berikutnya. Jual beli gelar juga menjadi bahan perbincangan yang cukup serius dikalangan akademisi yang terjadi di Indonesia yang semkin menambah keterpurukan pendidikan Nasinal di mata dunia. Download

Thanks

System Pendidikan Islam di Indonesia

     Pada awal berkembangnya agama islam di Indonesia, pendidikan islam dilaksanakan secara informal. Bahwa agama islam datang ke Indonesia di bawa oleh para pedagang muslim. Sambil berdagang mereka mnyiarkan agama islam kepada orang-orang yang mengelilinginya yaitu mereka yang membeli barang-barang dagangannya. Begitulah setiap ada kesempatan mereka memberikan pendidikan dan ajaran agam islam.Didikan dan ajaran islam mereka berikan dengan perbuatan, dengan contoh dan suri tauladan. Mereka berlaku sopan santun, ramah-tamah, tulus, ikhlas, amanah dan kepercayaan, pengasih dan pemurah, jujur dan adil, menepati janji serta menghormati adapt istiadat anak negeri. Dengan demikian tertarklah penduduk negeri hendak memeluk agama islam.
     Proses ini belanjut terus dan hubungan antara para penganjur agama dengan anak negeri semakin erat sehingga memungkinkan terbentuknya ukhkuwah yang lebih mantap, dan dengan jalan perkawinan dapatlah menurunkan generasi islam yang mendatang.
Adapun faktor-faktor mengapa agama islam dapat tersebar dengan cepat di seluruh Indonesia adalah sebagai berikut:
  1. Agama islam tidak sempit dan tidak berat melakukan aturan-aturannya, bahkan mudah diturut oleh segala golongan umat manusia, bahkan untuk masuk islam cukup dengan mengucap dua kalimat syahadat saja
  2. Sedikit tugas dan kewajiban dalam islam
  3. Penyiaran islam itu dilakukan dengan cara kebijaksanaan dan cara yang sebaik-baiknya
  4. Penyiaran islam dilakukan dengan perkataan yang mudah di pahami umum, dapat dimengerti oleh golongan bawah sampai golongan atas dengan sabda nabi Muhammad SAW yang maksudnya : berbicaralah kamu dengan manusia menurut kadar akal mereka.
     System pendidikan islam informal ini terutama yang berjalan lingkungan keluarga sudah diakui kemampuannya dalam mengamalkan sendisendi dalam jiwa anak-anak. Anak-anak dididik dengan ajaran-ajaran agama sejak kecil dalam keluarganya.
Usaha-usaha pendidikan agama di masyarakat, yang kelak dikenal dengan pendidikan non formal, ternyata mampu menyediakan kondisi yang sangat bai dalam menunjang keberhasilan pendidikan islam dan memberi motivasi yang kuat bagi umat islam untuk menyelenggarakan pendidikan agama yang lebih abaik dan sempurna. Karena denga cepatnya islam tersebar diseluruh di Indonesia dan kerena mudahnya orang masuk islam hanya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, maka banyak sekali orang tua yang tidak memiliki agama islam yang cukup untuk mendidik anak-anak mereka. Oleh sebab itula anak-anak mereka disuruh pergi kelangga-langgar atau surau-surau untuk mengaji kepada guru ngajai atau guru agama.
     Tempat-tempat pendidikan islam seperti inilah yang menjadi embrio terbentuknya system pendidikan pondok pesantren dan pendidikan islam yang formal, yang berbentuk madarasah atau sekolah yang berdasar keagamaan. Pondok pesantern ini tumbuh sebagi perwujudan strategi umat islam untuk mempeertahankan eksistensinya terhadap pengaruh penjajhan barat atau akibat surau atau langgar atau masjid tempat diselenggarakannya pendidikan agama ini tidak lagi dapat menampung jumlah anak-anak yang ingin mengaji, disamping itu juga didorong oleh keinginan untuk lebih mengintensifkan pendidikan pada anak-anak. Maka sang guru atau pak kyiai dengan bantuan masyarakat memperluas bangunan disekitar suaru, langgar atau masjid untuk tempat mengaji sekaligus sebagai asrama bagi anak-anak, denga begitu anak-anak tak perlu bilak-balik kerumah mereka. Tempat mengaji seperti ini dinamakan pondok pesantren.
       System pendidikan pada pondok pesantren ini sama seperti system pendidikan disurau, langgar atau masjid. Hanya lebih intensif dan dalam waktu yang lebih lama. Demikianlah sitem pendidikan pondok pesantren tumbuh dan berkembang dinmana-mana yang ternyata memiliki peranan yang sangat penting dalam usaha mempertahankan eksistensi umat islam dari serangan dan penindasan fisik dan mental dari kaum penjajah dari beberapa abad lamanya.usaha untuk mnyelenggarakan pendidikan islam munurut rencana yang teratur sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1476 dengan berdirinya bayangkara islam dibintara demak yang ternyata merupakan organisasi pendidikan islam yang pertama di Indonesia. Pada suatu siding dewan wali songo dari kerajaan demak, diputuskan bahwa semua cabang kebudayaan nasional yakni filsafat hidup, kesenian, kesusilaan, adapt istiadat, ilmu pengetahuan dan sebagainya sedapat mungkin didisi dengan ansir-anasir pendidikan dan pengajaran islam dalam segala cabang kebudayaan nasional Indonesia sangatlah memuaskan, sehingga agama islam tersebar diseluruh kepulauan Indonesia. Demikianlah setelah demak, kajang sebagi pusat pendidikan islam pindah kemataram, usaha-usaha untuk memantapkan kehidupan agama makin konkrit dan didukung sepenuhnya oleh pejabat-pejabat pemerintahan dari pusat sampai ke desa-desa dengan menggunakan masjid sebagai pusat kegiatanya.
    Dengan dukungan pejabat-pejabat pemerintahan ini maka agama islam dapat memasyarakat sampai ke desa-desa, sehingga meskipun tidak ada undang-undang wajib belajar namun anak laki-laki dan perempuan yang berumur 7 tahun harus belajar di tempat pengajian al-qur’an di desanya atas kehendak or-tunya sendiri.
System pendidikan agama islam mengalami perubahan sejalan denga perubahan zaman dan pergeseran kekuasan di Indonesia. Kejayaan islam yang mengalami kemunduruan sejak jatuhnya Andalusia kinimulai bangkit kembalai denga gerakan pembaharuan islam. Sejalan dengan itu pemerintahan jajahan belanda mulai mengenalakan system pendidikan formal yang lebih sitematis dan teratur yang mulai menarik kaum muslimin untuk memasukinya. Oleh karena itu system pendidikan islam di surau, langgar atau masjid atau tempat lainnya semacamnya dipandang sudah tidak memadai lagi dan perlu diperbaharui dan disempurnakan.
     Apabila semula, tujuan pokok dari pendidikan islam adalah agar anak-anak dapat membaca agama islam dan pokok-pokok ajaran islam yang perlu dilaksanakan sehari-hari sepeerti sholat, puasa, zakat dan lain-lain. Maka dengan pikiran-pikkiran baru ini di samping materi-materi pokok seperti tersebut diatas juga dipentingkan pemberian ilmu alat untuk mempelajari agam islam yang asli yaitu al-qur’an dan ahadist, ilmu yang dimaksud adalah bahasa arab. Realisasi dari keinginan-keinginan ini diperkuat adanya pernyatan bahwa penyelenggaraan system pendidikan menurut system sekolah seperti system barat akan memberi hasil yang lebih baik.
     Dalam hal ini muncul kesadaran dari pendidikan islam ulama-ulama yang pada wktu itu juga menyadari bahwa system pendidikan tradisional dan langgar tidak lagi sesuai denga iklim pada masa itu. Maka dirasakanlah akan pentingnya memberikan pendidikan secara teratur di madarsah atau sekolah secara teratur. Muhammad abduh dan rasyid ridho dengan pembaharuan dibidang social dan kebudayaan berdasarkan tradisi islam al-qur’an dan hadist yang dibangkitakan kembali dengan menggunakan ilmu-ilmu barat. Hal ini merupakan jalan untuk maju dan berpartisipasi dimadrasah-madrasah islam dengan terus mengadakan pembaharuan, dengan memasukkan ilmu-ilmu pengetahuan barat kedalam kurikulum dengan memasukkan jiwa penggerak untuk maju kedalam kurikulum, maka muncullah tokoh-tokoh pembaharuan diindonesia yang mendirikan sekolah islam diman-mana. Adapun madrasah-madrasah yang didirikan di Indonesia:
 a) Madrasah adabiyah school
      Menurut peneliatian Mahmud yunus, bahwa pendidikan islam yang mula-mula berkelas dan memakai bangku, meja, dan papan tulias ialah sekolah adabiyah school di padang. Sekolah ini di dirikan oleh H. Abdullah pada tahun 1987 di pandang panjang. Keberadaan sekolah adabiyah ini tidak bertahan lamakarena mendapat reaksi yang sangat keras dari masyarakat tradisoanal ketika itu.akibatnya kedua tahun kemudian sekolah itu ditutup. Setelah melakukan study klayakan pada madrasah al iqbal al islamiyah di singpura sekaligus mendapatkan motivasi baru dari syeh tahir jalaludin, maka pada tahun 1909 abdullah ahmad kembali mendirikan sekolah jenis yang sama d iota padang dengan nama perguruan adabiyah. Adabiyah hidup sebagai madrasah sekolah agama yang merupakan sekolah pertama diminang kabau. Sebagai sekolah yang merupakan bentuk adaptasi atau penyesuaian dari sietem barat maka perhatian terhadap pendidikan agama di sekolah adabiyah sangat kecil. Pendidikan umum lebih ditekankan dari pada pendidikan agama, sebab pendidikan umum sangat laku di padang.
b) Madrasah diniyah school
      Tokoh lain dalam pembaharuan pendidikan islam di munangkabau adalah zainuddin labia el-yunusi, mendirikan madrasah diniah school pada tahun 1915, sebagai sekolah agama pertama yang dilaksanakan menurut system pendidikan modern yakni menggunakan alat tulis dan peraga, coeducation. Pembaharuan yang dilakukan adalah dengan menggunakan system pengetahuan umum di samping pengetahuan agama. Hal ini diletar belakangi oleh keterkaitannya dengan sekolah mesir modern, sebagaimana di analisis oleh dalair noer bahwa popularitas zainuddin labia el-yunisi mamahami dan mengembangkan berbagai pengetahuan yang di topang oleh kemampuannya dalam berbahasa asing.
c) Madrasah muhammadiyah
     Tokoh yang memiliki pola snada dengan yang dilakukan abdul Muhammad ahmad di padang panjang adalah K.H ahmad dahlan, yang mendirikan organisasi muhammadiyah bersama dengan teman-temannya di kota Yogyakarta pada tahun 1912, yang bertujuan menyebarkan pengajaran rasulullah kepada penduduk bumi putra dan menyebarkan pengajaran rasulullah kepada penduduk bumu putra dan memajukan agama islam. Dikatakan senada karena di pengaruhi oleh tiga hal: 1). Kegiatan tabligh yaitu pengajaran agama pada kelompok orang dewasa dalam satu kursus yang teratur, 2). Mendirikan sekolah swasta menurut model pendidikan gubernemen dengan ditambah beberapa jam pelajaran agam per minggu, 3). Untuk membentu kader organisasi dan guru-guru agama, didirikan pondok muhammadiyah seperti norma islama di padang.
d) Sumatera thawalib
     Sementara itu surau pertama yang memaki system kelas, kelas dalam proses belajar mengajar yang di pempin oleh syekh abdul karim amrullah pada tahun 1921. system yang digunakan memakai system pendidikan yang sama dengan surau-surau yang lainnya di munangkabau, namun berkat dorongan membaca dan berdiskusi, dilakukan perubahan dengan penyelenggaraan pendidikan berkelas, sekitar tahun 1912.
e) Madrasah salafiyah
    Madrasah yang berperan dalam pemaharuan islam di jawa, yaitu pondok pesantren tebuireng di jomabang jawa timur, yang di dirikan pada tahun 1989 oleh KH. Hasyim asyari, yang telah memperkenalkan pola pendidikan madrasah yang pengajarannya lebih menitik beratkan pada ilmu-ilmu agama dan bahsa arab denga sitem sorogun dan bondongan. Readmore.. Download

Thanks

Filosof Islam Bagian Timur

        Banyak di kalangan muslim para teolog yang kaya dengan wawasan ilmu dan filsafat. Para ilmuwan yang lebih berkonsentrasi dengan ilmu tertentu, dan para filosofi yang selain menekuni berbagai bidang ilmu juga filsafat, para filosofi muslim yang dibicarakan disini adalah al-Kindi, al-Farabi, al-Razi, Ikwan al-Safa, Ibnu Maskwaih, Ibnu Sina, Al-Gazali. Berikut biografi dan beberapa pokok pikiran mereka:
1. Al-Kindi
           Nama lengkapnya Abu Yusuf, Ya’kub Ibnu Ishak al-Sabban, Ibnu Imron Ibnu al-Asha’ath, ibnu Kays, Al-Kindi, beliau bisa disebut Ya’kub, lahir pada tahun 185 H, tentang filsafat al-KIndi memandang bahwa filsfat haruslah diterima sebagai bagian dari peradaban Islam, karena kedudukan filsafat penting. Tentang alam Al-Kindi mengatakan bahwa alam ini adalah illat-Nya. Alam itu tidak mempunyai asal. Kemudian menjadi ada karena diciptakan, mengenai Tuhan al-Kindi mengatakan bahwa Tuhan adalah wujud yang hak (benar).
2. Al-Farabi
          Abu Nashr Muhammad al-Farabi lahir di Wasir, suatu desa di farab, khurasan, pada tahun 257 H (870 M). ia berasal dari Turki dan orang tuanya adalah seorang jendral. Menurut al-Farabi filsafat mencakup matematika, dan matematika bercabang pada ilmu-ilmu lain, sebagian ilmu itu berlanjut pada metafisika, mengenai Tuhan ia mengatakan bahwa Tuhan adalah wujud yang sempurna, ada tanpa suatu sebab kalauada sebab baginya, maka adanya Tuhan tidak sempurna lagi.
Tentang penciptaan alam al-farabi cenderung memahami bahwa alam tercipta melalui emanasi.
3. AL-razi
          Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad ibnu Zakaria al-Razi, hidup pada 250 – 313 H / 864 – 925 M. ia lahir, dewas, dan wafat di Ray, dekat teneran Persia, tentang pemikirannya al-Razi membahas maslah metafisika, yaitu tentang lima prinsip kekal. Yaitu, Tuhan, Jiwa Universal, Materi Pertama, Ruang Absolut, dan Zaman Absolut. Tentang Tuhan ia mengatakan Tuhan menciptakan manusia dengan substansi ketuhanan-Nya.
4. Ikhwan Al-Safa
        Setelah wafatnya al-Farabi, muncullah kalangan kelompok muslim yang menamai diri mereka dengan nama ikhwan al-safa, yang berarti saudara-saudara (yang mementingkan) kesucian (batin atau jiwa), mereka berhasil menghasilkan karya ensiklopedis tentang ilmu pengetahuan dan filsafat yang dikenal dengan judul “Rasail Ikhwan al-Safa”. Identitas pemuka mereka tidak terang karena mereka bersama anggota mereka memang merahasiakan diri, ikhwan al-Safa membagi pengetahuan menjadi tiga kelompok yaitu: Pengetahuan adab/sastra, pengetahuan syari’ah, pengetahuan filafat. Dan filsafat terbagi menjadi empat bagian yaitu: pengetahuan matematika, logika, fisika, dan pengetahuan ilahiah/metafisika. Filsafat mempunyai tiga taraf. (1) taraf permulaan, (2) taraf pertengahan, (3) taraf akhir.
5. Ibnu Maskawaih
       Ibnu Maskawaih dilahirkan di Ray, nama lengkapnya abu Ali Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Maskawaih, ia belajar dan mematangkan pengetahuannya di Baghdad, untuk membuktikan adanya tuhan ibnu maskawaih mengatakan pembukaan Tuhan dengan pengenalan, tidak melalui rasio, tentang jiwa dan akhlak dalam mukadimah karya tulisnya “Tahzib al-Aklak” ia mengatakan bahwa tujuan untuk menulis itu agar kita berhasil membangun bagi jiwa-jiwa kitasuatu akhlak. Dengan akhlak itu muncul perbuatan yang indah.
6. Ibnu Sina
Ar-Rais al-Husain bin Abdullah bin Ali Al-Hamadi, dilahirkan pada tahun 980 M disebuah desa bernama afshanah. Ibnu Sina adlah filosof dan ahli kedokteran muslim paling populer sampai saat ini sebagai metafisikus Islam ibnu sina berpendapat bahwa antara jiwa dan badan memiliki perbedaan. Ibnu Sina berpendapat bahwa jiwaadalah wujud raham, ia juga membagi tiga macam jiwa di bumi yaitu (1) jiwatumbuh-tumbuhan, (2) jiwa binatang, (3) jiwa manusia.
7. Al-Ghazali
        Al-Gazali hdu dari tahun 450 H / 105 M sampai tahun 505 H / 1111 M. ia lahir di desa Gazaleh dekat tus, di Baghdad ia berupaya memahami filsafat dan ia pun menunjukkan pemahamannya tentang menulis buku, “Maqasid al-Falasifah”ia lahir di desa Gazaleh dekat tus, di Baghdad ia berupaya memahami filsafat dan ia pun menunjukkan pemahamannya tentang menulis buku, “Maqasid al-Falasifah” serta kemudian menunjukkan kemampuannya mengkritik argumen-argumen kaum filosofi. Tiga pendapat filosofi-filosof muslim yang dikufurkan al-Gazali yang tertuang dalam bukunya “tahafut al-Falasifah”, yakni pendapat bahwa alam itu azali atau qadim, pendapat bahwa Tuhan tidak mengetahui juz’iyyat, lalu ia juga mengkufurkan paham yang mengingkari adanya kebangkitan tubuh di akhirat.

A. Al-Kindi
          Nama lengkap Abu Yusuf, Ya’kub Ibnu Ishak Al-Sabbah, Ibnu Imran, Ibnu Al-Asha’ath, Ibnu Kays, Al-Kindi. Belilau biasa disebut Ya’kub. Lahir pada tahun 185 H (805 M) di Kufah. Al-Kindi berasal dari suku Arab y terpandang dan memainkan peran utama dalam dunia pemikiran Islam.
         Al-Kindi memulai pelajarannya di Kufah, kemudian di Basrah, dan Baqhdad, Ibn Al-Nadim seorang pustakawa yang terpercaya menyebutkan adanya 242 buah karya al-Kindi dalam bidang logika, metafisika, aritmatika, falak, musik, astrologi, geometri, kedokteran, politik dan sebagainya.
         Tentang filsfat al-Kindi memandang bahwa filsafat haruslah diterima sebagai bagian dari peradaban Islam. Ia berupaya menunjukkan bahwa filsafat dan agama merupakan dua barang yang bisa serasi, ia menegaskan pentingnya kedudukan filsfat dengan menyatakan bahwa aktifitas filsafat yang definisi nya adalah mengetahui hakikat sesuatu sejauh bata kemampuan manusia dan tugas filosof adalah mendapatkan kebenaran tentang alam al-Kindi mengatakan bahwa alam in adalah illat-Nya. Alam itutidak mempunyai asal, kemudian menjadi ada karena diciptakan Tuhan. Al-Kindi juga menegaskan mengenai hakikat Tuhan, Tuhan adalah wujud yang hak (benar) yang bukan asalnya tidak ada menjadi ada, ia selalu mustahil tidak ada, jadi Tuhan adalah wujud yang sempurna yang tidak didahului oleh wujud yang lain.

B. Al-Farabi
          Abu Nashr Muhammad al-Farabi lahir di wasij, suatu desa di Farab (Transoxania), Khorasan, pada 257 H (870 M). ia berasal dari Turki dan orang tuannya adalah seorang jendral. Ia sendiri pernah menjadi hakim dari farab ia pernah ke Baghdad, pusat ilmu pengetahuan waktu itu, di sana iadi sana ia belajar pda abu Bishr matta bin Yunus, dan tinggal di Baghdad selama 20 tahun, kemudian ia pindah ke Alleppo dan tinggal di Istana Saif ad-Daulah guna memusatkan perhatian pda ilmu pengetahuan di filsafat.
      Bagi al-Farabi, filafat mencakup matematika, dan matematika bercabang pada ilmu-ilmu lain, sebagaimana ilmu itu berlanjut pda metafisika. Menurut al-farabi bagian metafisika ini secara lengkap dipaparkan oleh aristoteles dalam metaphysics yang sering juga diacu dalam sumber-sumber Arab sebagai “book of letters”, karya ini terdiri atas bagian utama yaitu:
  1. Menelaah yang ada jauh keberadaannya atas ontologi
  2. Menelaah beberapa kaidah pembuktian yang umum dalam logika, matematika dan fisika, atas epistimologi
  3. Menelaah apa dan bagaimana “substansi-substansi mujarad (immaterial) yang berjenjang ini menanjak dari yang terendah sampai ke yang tinggi dan berpuncak pada wujud yang sempurna. Dan tak ada yang lebih sempurna dari apa yang telah ada.

          Tuhan adalah wujud yang sempurna, ada tanpa suatu sebab, kalau ada sebab baginya, maka adanya Tuhan tidak sempurna lagi. Berarti adanya Tuhan bergantung kepada sebab yang lain, karena itu ia adalah substansi yang azali, yang ada dari semula dan selalu ada, substansi itu sendiri telah cukup jadi sebab bagi keabadian wujudnya. Al-Farabi dalam metafisika nya tentang ketuhanan hendak menunjukkan keesaan Tuhan, juga dijelaskan pula mengenai kesatuan antra sifat dan zat (substansi) Tuhan, sifat Tuhan tidak berbeda dari zat Nya, karena Tuhan adalah tunggal. Tentang penciptaan alam al-farabi cenderung memahami bahwa alam tercipta melalu proses emanasi sejak zaman azali, sehingga tergambar bahwa penciptaan alam oleh Tuhan, dari tidakada menjadi ada, menuut al-Fdarabi, hanya Tuhan saja yang ada dengan sendirinya tanpa sebab dari luar dirinya. Karena itu ia disebut wajb al-Wujjud u zatih.  Download Entri



Thanks

Etika Pendidikan Agama Islam

A. Pengertian Etika
Etika (etimologi), berasal dari bahasa Yunani ”Ethos” yang berarti watak kesusilaan atau adat. Identik dengan perkataan moral yang berasal dari kata lain “Mos” yang dalam bentuk jamaknya “Mores” yang berarti juga adat atau cara hidup (Zubair, 1987:13).
Sedangkan Etika menurut para ahli sebagai berikut (Abuddin, 2000: 88-89):
1. Ahmad Amin berpendapat, bahwa etika merupakan ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.
2. Soegarda Poerbakawatja mengartikan etika sebagai filsafat nilai, kesusilaan tentang baik buruk, serta berusaha mempelajari nilai-nilai dan merupakan juga pengatahuan tentang nilai-nilai itu sendiri.
3. Ki Hajar Dewantara mengartikan etika merupakan ilmu yang mempelajari soal kebaikan (dan keburukan) di dalam hidup manusia semaunya, teristimewa yang mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan.
B. Etika Menurut Ajaran Islam
Istilah etika dalam ajaran Islam tidak sama dengan apa yang diartikan oleh para ilmuan barat. Bila etika barat sifatnya ”antroposentrik” (berkisar sekitar manusia), maka etika islam bersipat ”teosentrik” (berkisar sekitar Tuhan). Dalam etika Islam suatu perbuatan selalu dihubungkan dengan amal saleh atau dosa dengan pahala atau siksa, dengan surga atau neraka (Musnamar, 1986: 88).
Dipandang dari segi ajaran yang mendasari etika Islam tergolong etika teologis. Menurut Dr. H. Hamzah Ya’qub pengertian etika teologis ialah yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia, didasarkan atas ajaran Tuhan. Segala perbuatan yang diperintahkan Tuhan itulah yang baik dan segala perbuatan yang dilarang oleh Tuhan itulah perbuatan yang buruk (Ya’qub, 1985: 96).
Karakter khusus etika Islam sebagian besar bergantung kepada konsepnya mengenai manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan dirinya sendiri, dengan alam dan masyarakat (Naquib,1993: 83).
C. Butir-butir Etika Islam
Butir-butir etika Islam yang dapat diidentifkasikan, antara lain :
1. Tuhan merupakan sumber hukum dan sumber moral. Kedua hal tersebut disampaikan berupa wahyu melalui para Nabi dan para Rasul, dikodifikasikan ke dalam kitab-kitab suci Allah.
2. Sesuatu perbuatan adalah baik apabila sesuai dengan perintah Allah, serta didasari atas niat baik.
3. Kebaikan adalah keindahan ahklak, sedangkan tanda-tanda dosa adalah perasaan tidak enak, serta merasa tidak senang apabila perbuatanya diketahui orang banyak.
4. Prikemanusiaan hendaknya berlaku bagi siapa saja, dimana saja, kapan saja, bahkan dalam perang .
5. Anak wajib berbakti kepada orang tuanya (Musnamar, 1986: 89-93).
D. Hubungan Etika /Adab di dalam pendidikan
Semua jabatan dalam masyarakat mempunyai kode etik, demikian juga seharusnya dalam jabatan guru (Roestiyah, 1989: 35). Kode etik guru diartikan sebagai aturan tata susila keguruan. Maksudnya aturan-aturan tentang keguruan (yang menyangkut pekerjaan-pekerjaan guru) dilihat dari segi susila. Menurut Westby Gibson, kode etik guru dikatakan sebagai suatu statement formal yang merupakan norma (aturan tata susila) dalam mengatur tingkah laku guru. Sehubungan dengan itu, maka kode etik guru merupakan semacam penangkal dari kecenderungan manusiawi seorang guru yang ingin menyeleweng, agar tidak jadi berbuat menyeleweng (Sudirman, 2001: 149-150).
Tingkah laku atau moral guru pada umumnya merupakan penampilan lain dari kepribadiannya. Bagi anak didik yang masih kecil, guru adalah contoh teladan yang sangat penting dalam pertumbuhannya, guru adalah orang pertama sesudah orang tua yang mempengaruhi pembinaan kepribadian anak didik. Cara guru berpakaian, berbicara, berjalan dan bergaul juga merupakan penampilan kepribadian lain, yang juga mempunyai pengaruh terhadap anak didik ( Daradjat, 1980: 18, 20).
E. Tata Cara Wajib Diamalkan oleh Seorang Guru dalam Jabatannya
1. Hubungan guru dengan murid, antara lain:
a. Guru selaku pendidik hendaknya selalu menjadikan dirinya suri tauladan bagi anak didiknya.
b. Di dalam melakukan tugas harus dijiwai dengan kasih sayang, adil serta menumbuhkannya dengan penuh tanggung jawab.
c. Guru seyogyanya tidak memberikan pelajaran tambahan kepada muridnya sendiri dengan memungut bayaran.
2. Hubungan guru dengan sesama guru, antara lain:
a. Di dalam pergaulan sesama guru hendaknya bersifat terus terang, jujur, dan sederajat.
b. Di dalam menunaikan tugas dan memecahkan persoalan bersama hendaknya saling tolong menolong dan penuh toleransi.
c. Guru hendaknya mencegah pembicaraan yang bersifat sensitif, yang berhubungan dengan dengan sesama guru.
3. Hubungan guru dengan atasannya, antara lain:
a. Guru wajib melaksanakan perintah dan kebijaksanaan atasannya.
b. Setiap saran dan kritik kepada atasan harus diberikan melalui prosedur dan forum semestinya.
c. Jalinan hubungan antara guru dan atasan hendaknya selalu diarahkan untuk meningkatkan mutu dan pelayanan pendidikan yang menjadi tanggung jawab bersama.
4. Hubungan guru dengan orang tua, antara lain:
a. Guru hendaknya selalu mengadakan hubungan timbal balik dengan orang tua / wali anak dalam rangka kerja sama untuk memecahkan persoalan-persoalan di sekolah dan pribadi anak.
b. Segala kesalahfahaman yang terjadi antara guru dan oarang tua / wali anak, hendaknya diselesaikan dengan musyawarah dan mufakat.
5. Hubungan guru dengan masyarakat, antara lain:
a. Guru hendaknya selalu beradaptasi terhadap lembaga serta organisasi-organisasi di dalam masyarakat yang berhubungan dengan usaha pendidikan, sebab pada hakikatnya pendidikan itu merupakan tugas pembangunan dan kemanusiaan.
b. Guru hendaknya melayani dan membantu memecahkan masalah-masalah yang timbul di dalam masyarakat sesuai dengan fungsi dan kemampuannya (Team Didaktik, 1993: 18-20).
E. Etika / Adab dalam Bergaul Anak Didik
1. Adab Terhadap Guru
Guru adalah orang yang telah memberikan ilmu atau pelajaran kepada murid, maka adalah menjadi tugas murid untuk memuliakan guru dengan cara, antara lain: (Daradjat, 1995: 274).
  1. Mengucapkan salam terlebih dahulu bila bertemu dengan guru.
  2. Senantiasa patuh dan hormat kepada perintah guru sepanjang tidak melanggar ajaran agama dan undang-undang Negara. Menghormati guru termasuk dalam menghormati ilmu sebab guru merupakan perantara atau washilah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan (Mahali, 1989: 50).
  3. Tunjukkan perhatian ketika guru memberilkan pelajaran, bertanyalah dengan sopan menurut keperluannya.
  4. Jangan berjalan di muka guru atau berjalan mendahului guru, kecuali dengan izinnya.
2. Adab Terhadap Sesama Murid.
Khususnya diantara murid pria dan wanita, karena dalam pergulan diantara mereka itulah sering terjadi peluang yang mengganggu kehidupan belajar dan berakibat jauh dalam kehidupan mereka kelak. Menjadi tugas murid supaya:
  1. Senantiasa ” menjaga jarak” baik dalam arti yang sesungguhnya maupun dalam arti kiasan, sehingga hubungannya hanya berlangsung sesuai dengan kepentingan dan seperlunya.
  2. Pelihara diri dari ucapan dan tingkah laku, agar terhindar dari pikiran dan perbuatan maksiat.
  3. Secara bersama-sama senantiasa berusaha membina pergaulan dengan norma- norma agama dalam berbagai kegiatan belajar di dalam maupun di luar sekolah / kelas (Daradjat, 1995: 274-275).
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian atau dari teori-teori para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia dan merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Penilaian baik dan buruk tersebut berdasarkan pendapat akal pikiran. Dengan demikian etika merupakan cabang ilmu filsafat.
Dan jika makna etika dihubungkan dengan pendidikan Agama Islam atau etika Pendidikan Agama Islam merupakan etika yang lebih mengarah atau mangacu kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang dipandang baik dalam lingkungan masyarakat.
Dalam dunia Pendidikan ada yang namanya kode etik guru. Kode etik guru diartikan sebagai aturan tata susila keguruan. Maksudnya aturan-aturan tentang keguruan (yang menyangkut pekerjaan-pekerjaan guru) dilihat dari segi susila. Dengan demikian kode etik guru merupakan norma secara formal dalam mengatur tingkah laku guru. Karena guru sebagaimana kita ketahui merupakan suri tauladan bagi siswa atau peserta didiknya.
Tingkah laku atau moral guru pada umumnya merupakan penampilan lain dari kepribadiannya. Bagi anak didik yang masih kecil, guru adalah contoh teladan yang sangat penting dalam pertumbuhannya, guru adalah orang pertama sesudah orang tua yang mempengaruhi pembinaan kepribadian anak didik. Cara guru berpakaian, berbicara, berjalan dan bergaul juga merupakan penampilan kepribadian lain, yang juga mempunyai pengaruh terhadap anak didik. Read..  Download Entri

Thanks

Followers