Pendidikan diyakini merupakan salah satu agen perubahan social. Pada suatu segi pendidikan dipandang sebagai suatu variable modernisasi atau pembangunan. Tanpa pendidikan yang memadai akan sulit bagi masyarakat manapun untuk mencapai kemajuan. Karena itu banyak ahli pendidikan yang berpandangan bahwa pendidikan merupakan kunci yang membuka pintu kearah modernisasi, tetapi pada segi lain pendidikan sering dianggap sebagai objek modernisasi atau pembangunan. Dalam konteks ini pendidikan dinegara-negara yang telah menjalankan program modernisasi pada umumnya dipandang masih terbelakang dalam berbagi hal dan karena itu sulit diharapkan bias memenuhi dan mendukung program pembangunan. Karena itulah pendidikan harus diperbaharui, dibangun kembali atau dimodernisasi sehingga dapat memenuhi harapan dan fungsi yang dipikulkan kepadanya.
Dalam era pluralisme budaya yang didukung oleh faham kebenaran relative yang mengkalim dirinya paling benar (truth claim) pendidikan Islam mendapat tantangan berat. Ini disebabkan pendidikan Islam mempunyai asumsi dasar dalam menterjemahkan kholifah dan 'abd terselip pengertian bahwa manusia perlu pegangan hidup tetap (stable, certainty, dan unfansiable) sedangkan kehidupan sendiri penuh dengan perubahan (instability,uncertainty, dan falsiable). Dalam keadaan yang sulit ini, orang dituntut untuk beradaptasi dengan lingkungan dan latar kesejarahan bar uterus menerus, sementara nilai-nilai lama yang di idealkan tetap tetap jdi panutan.
Thanks
Dalam situasi demikin peran pendidikan Islam yang mengemban tugas untuk mensosialisasikan nilai-nilai agama yang konstruktif untuk membimbing manusia yang terhimpit kedua sisi tuntutan yang berlawanan yang dinantikan. Manusia beragama dituntut untuk mereformasikan konsepsi teologi agar dapat menjawab tantangan riil kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari. Perlu dicatat bahwa teologi merupakan hasil karya manusia yang tidak lepas dari kemungkinan salah, meskipun sumbernya adalah kitab suci, karena teologi adalah interpretasi manusia. Perkembangan dan temuan ilmu-ilmu empiric, baik illmu alam, social, maupun humaniora berpengaruh besar dalam membentuk pengalaman beragama manusia. Dengan demikian teologi akan mampu menangkap tantangan zamannya dan tidak ditinggalkan orang, karena apabila teologi telah ditinggalkan pada gilirannya pendidikan Islam sendirilah yang ditinggalkan orang.
Perlu disadari bahwa nilai-nilai apapun yang akan disampaikan oleh pendidikan Islam tidak lepas dari peran teologi yang merupakan inti agama. Oleh karena itu, bila ada keinginan untuk merekontruksi pendidikan Islam dalam nilai yang akan disampaikan, maka bidang teologi inilah yang harus segera mendapatkan perhatian. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu dimensi spiritual yang dimiliki oleh agama yang terefleksikan dalam bentuk-bentuk nilai-nilai moral kategorikal yang mengikat semua orang baik yang seagama maupun yng diluarnya, misalnya persamaan hak, kebebasan, kasih sayang, saling membantu dalam kebaikan, menghormati martabat orang lain.
Bentuk-bentuk nilai ini tidak dimiliki oleh konsep ilmu-ilmu humaniora empiris. Dengan demikian konstruksi teologi dalam wilayah ini harus ditekankan, sehingga hasilnya nantik-dalam pendidikan tidak terjadi truth claim, ia hanya boleh terjadi dalam wilayah-wilayah esoteris-dogmatis yang jangan sampai mengganggu pada hubungan antar individu atau kelompok lain yang tidak segaris pemikiran. Jadi ketika manusia berhubungan dengan orang lain yang harus dikedepankan adalah nilai-nilai moral yang kategorikan agar tidak terjadi kekacauan dalam kehidupan.
Masih dalam tantangan pendidikan Islam Rahman menarik suatu benang merah dari beberapa tokoh terhadap kriisis yang melanda dunia pendidikan Islam. Bagian integral dari pandangan mereka adalah (1). Tumbuh suburnya perkembangan sains dan semangan ilmiah dari abad kesembilan dan kesepuluh dikalangan kaum muslimin adalah buah dari usaha memenuhi seruan al-Qur'an agar manusia mengkaji alam semesta hasil karya tuhan yang diciptakan baginya. (2). Bahwa pada abad-abad pertengahan yang akhir semangat penyelidikan ilmiah telah merosot dan karenanya masyarakat muslim mengalami kemandekan dan kemerosotan.(3). Barat telah menggalakkan kajian-kajian ilmiah yang sebagian besarnya telah dipinjmnya dari kaum muslimin dan karenanya mereka mencapai kemakmuran, bahkan selanjutnya menjajah negeri-negeri muslim (4). Kaum muslimin dalam mempelajari masa lalunya mereka dan memenuhi perintah al-Qur'an yang telah terabaikan. Pandangan ini agaknya bisa direkomendasikan menjadi semangat utama dalam mengejar ketertinggalan kaum muslimin.
Pendidikan Islam harus bangkit dan menemukan jati dirinya secara mandiri dengan cara mempergunakan system atau peradaban Barat sebagai alat dan bahan kajian, sebagai kompensasi pemikiran. Pendidikan Islam lebih lanjut tanpa harus terhanyut dan terjerumus dalam arus deras pemikiran Barat, poko permasalahan dari seluruh masalah "modernisasi" pendidikan yang diharapkan mampu menjadi agent perubahan social ( agent of social change) adalah membuatnya mampu mencetak produktifitas integral yang kreatif dan dinamis dalam semua bidang usaha intelektual yang terintegrasi dengan Islam.
Hal lain yang perlu mendapatkan perhatin yang serius adalah pembenahan lembaga-lembaga pendidikan Islam. Problem yang menyelimuti pendidikan Islam adalah kesenjangan diantara jenjang pendidikan Islam, higher education biasanya berdiri sebagai menara gading, baik infra maupun supra struktur bagi perguruan tinggi seringkali tidak memadai. Pendidikan ditingkat dasar dan menengah kurang atau tidak mampu menyediakan calon-calon mahasiswa yang mampu memenuhi standar kualifikasi yang diharapkan, untuk menempuh studi di perguruan tinggi. Dan kasus lainnya bagi mahasiswa baik bagi negeri muslim atau negeri berkembang lainnya yang menematkan pendidikan diluar negeri, seringkali tidak dapat diakomodir sekembali keanh air. Supra struktur, dalam hal ini lapangan pekerjaan maupun untuk pengembangan keilmuan yang telah mereka dapatkan seringkali menemui kesulitan, mereka mengalami shock culture atau bahkan alienasi. Ini pekerjaaan rumah bagi pendidikan Islam untuk membenahi kelembagaannya, dengan satu penekanan bahwa pembenahan itu tidak bisa dilakukan secara sepenggal-sepenggal.
Thanks
No comments:
Post a Comment